\"Jelas kami merugi karena kami ini dibayar berdasar upah berapa kali bongkar muat. Kami ini tak ada asuransi, sama halnya pekerja truk pasir dan batu. Kalau tak ada muatan jelas tak ada upah. Jika kondisi ini berlarut penghasilan kami jelas berkurang,\" kata Yoni, Sopir Truk BB, yang tinggal di Desa Taba Mutung, Kecamatan Karang Tinggi.
Dijelaskannya, solar sudah sulit didapatkan sejak 3 hari belakangan. Kalaupun ada sopir harus mengantri hingga malam. Sebab, puluhan truk dan bus lain juga ikut antri mengisi solar.
Menurut Yoni, kondisi itu terjadi di hampir seluruh SPBU, baik Pondok Kelapa, Air Sebakul, Kembang Seri, juga SPBU Ujung Karang. \"Sewaktu dikontak kawan-kawan semuanya antri, penuh. Bahkan tadi (siang kemarin) solar kosong total, truk tak bisa beroperasi,\" kata Yoni.
Salah satu pengawas Supplayer solar SPBU 2438324 Ujung Karang, Popi mengungkapkan kosongnya pasokan solar terjadi sejak Rabu (21/11) lalu dan berlanjut pada Hari Kamis kemrin. Sementara pasokan solar sendiri sduah terhambat sejak Senin (19/11) lalu. Pengisian BBM normalnya dimulai pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB. Namun sejak Rabu (21/11) kosong total. Tak ada pasokan dari Pertamina.
Popi menandaskan tak ada pasokan solar ikut mengurangi laba SPBU mereka. Karena selaku penjual tak bisa meraup keuntungan karena tak adak BBM yang mereka jual. \"Jumlahnya saya tahu, tapi jelasnya kami tak bisa jual. Ya tak ada keuntungan,\" tukas Popi. Pantau BE, beberapa SPBU tampak masih belum melayani penjualan solar. Truk masih berjejer panjang menunggu pasokan solar datang. Sopir harus menanti untuk mendapatkan Solar itu dari pagi hingga malam. \"Mereka antri sejak tadi malam, siang ini juga belum diisi (tank solar),\" tambah Popi.
Dijelaskan Popi, SPBU tak mengetahui alasan kosongnya pasokan solar. Karena saat dikonfirmasi ke Pertamina, belum mau menjelaskan. \"Kami sudah tanya alasannya, tetapi mereka tak mau cerita,\" tutup Popi. (122)