\"Dengan metode terapi gen, tim dokter menyelipkan gen ke bola mata pasien. Cara itu ternyata cukup efektif untuk memperbaiki kemampuan sel mata yang bertugas mendeteksi cahaya,\" ujar Profesor Robert MacLaren, pemimpin riset. Dengan menanamkan gen ke jaringan mata, tim Oxford sukses memperbaiki kerusakan sel. Seiring berjalannya waktu, sel-sel yang semula rusak tersebut mampu berfungsi normal kembali.
Dampaknya, pasien yang mengalami gangguan penglihatan bisa kembali melihat. Bahkan, penglihatan mereka menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya. Sebab, sel-sel mata yang rusak kembali sehat. MacLaren yakin metode tersebut bisa bermanfaat bagi kaum tunanetra. Bahkan, dia optimistis jika terapi gen itu akan memberantas kebutaan. \"Saya sangat gembira dengan hasil ini. Kami tidak bisa mengharapkan hasil yang lebih baik lagi,\" ungkapnya. Dia berharap penelitian dua tahun itu bisa berkembang dan membuahkan hasil yang lebih memuaskan. Seorang pasien yang terlibat dalam penelitian tersebut, Jonathan Wyatt, sangat bersukacita dengan hasil terapi gen yang dijalani. Pria yang kini berusia 65 tahun itu mengidap choroideremia yang diturunkan dalam keluarganya.
Saat terlibat dalam penelitian MacLaren, Wyatt hanya berharap bisa menghentikan kerusakan di sel matanya. Dengan demikian, dia tetap bisa melihat meski tidak jelas. Tetapi, di luar dugaan, terapi gen itu justru mampu mengembalikan penglihatannya. Kini dia bisa melihat dengan jauh lebih jelas.
\"Dulu, saya selalu merasa berjalan di pinggir jurang. Jika saya menunduk, saya tidak bisa melihat apa pun. Tetapi, sekarang saya bisa melihat benda-benda yang letaknya jauh di bawah atau di atas,\" jelas Wyatt yang kini bisa berjalan ke toko dekat rumah tanpa bantuan orang lain. (BBC/hep/c15/tia)