Tersangka: Bapak Saya Itu Sutradara Film FTV
BONTANG - Para pedagang dan pengunjung pasar Rawa Indah boleh sedikit bernafas lega. Pasalnya, pencuri yang selama ini menyatroni mereka sudah tertangkap. Dia adalah Andi Fatur Rahman, warga Jalan Selat Karimata 4, kelurahan Tanjung Laut. Target operasi (TO) polisi ini diringkus tim gabungan Polsek Bontang Selatan dan Polsek Bontang Utara di rumahnya, Rabu (25/12) sekira pukul 00.15 Wita.
Informasi dari polisi, pria 24 tahun itu sering mengambil dompet dan barang berharga milik pengunjung pasar yang diselipkan di bagasi kecil depan motor. Wilayah operasinya di seputaran pasar Rawa Indah, mulai dari Jalan KS Tubun hingga Jalan Ir H Juanda. Serta beberapa wilayah di kelurahan Tanjung Laut lainnya.
Meski demikian, polisi memperkirakan jika tempat kejadian perkara (TKP) kasus pencurian itu bisa bertambah. Pasalnya, saat ditangkap polisi menemukan 23 kartu telepon genggam, puluhan ATM, serta bekas KTP orang lain yang dibakar di belakang rumah.
Kapolres AKBP Heri Sasangka menjelaskan, tersangka ditangkap berdasarkan hasil penyelidikan kasus pencurian yang menimpa Hj Hasnia (4), salah seorang pedagang di pasar Rawa Indah. Pencurian yang dilakukan tersangka itu terjadi, Sabtu (21/12) sekira pukul 05.30 Wita di rumah korban. Dalam aksinya, tersangka berhasil membawa lari tas berisi uang tunai sekitar Rp 35 juta, kalum emas, cincin emas, dan anting-anting emas dengan berat keseluruhan mencapai 8,5 gram, telepon genggam merek Nokia E5, kunci motor Yamaha, buku tabungan, serta identitas korban.
“Tas itu diambil saat korban ganti baju hendak berangkat ke pasar,” kata Kapolres Heri Sasangka seperti diberitakan Bontang Post (JPNN Grup), Kamis (26/12).
Dari pengembangan itu, kata dia, polisi akhirnya menangkap Andi di rumahnya. Tersangka yang merupakan tamatan sekolah dasar (SD) tak berkutik ketika digulung polisi. Sempat mengelak, dia pun mengakui perbuatannya ketika dikeler ke Mapolsek Bontang Selatan. Usai diperiksa, akhirnya tersangka mengakui perbuatannya. Dari situlah tersangka mengakui telah melakukan beberapa kali pencurian dengan TKP terbanyak di sekitaran pasar Rawa Indah.
“Tersangka memang menjadi TO kami. Dalam kasus ini, baru korban Hj Hasnia saja yang melapor. Sementara, korban lainnya masih belum melapor. Anggota kami terus melakukan pengembangan. Karena, untuk korban lainnya (kecuali Hj Hasnia, Red.), tersangka mengambilnya di bagasi depan motor. Meski demikian, tersangka tidak mengenal korbannya dan tidak mengetahui pelat nomor kendaraannya,” jelasnya.
Sementara, uang sekitar Rp 35 juta yang dicurinya itu sudah habis. Kata Kapolres, uang itu dibelikan narkoba melalui temannya berinisial SH sebesar Rp 25 juta, bayar PLN Rp 570 ribu, diserahkan ke keluarganya Rp 700 ribu, dikirim ke mertua Rp 500 ribu, diberikan kepada istri Rp 1 juta namun diambil lagi Rp 500 ribu, dan dibayarkan untuk sewa rumah Rp 3 juta. Uang itu juga dibelanjakan untuk membeli telepon genggam merek Advance sebesar Rp 1.520.000, telepon genggam Samsung Rp 1 juta, belanja pakaian, serta ditransfer ke SH Rp 2 juta. “Uangnya sudah habis. Kalau telepon genggam dijual. Namun, perhiasan emas belum sempat dijual. Kami masih mencari barang-barang yang dijual tersebut. Sementara, barang yang dibeli dari hasil pencurian itu sudah kami amankan,” katanya.
Akibat perbuatannya, tersangka disangka melanggar pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan ancaman hukuman mencapai tujuh tahun penjara.
SUTRADARA SEKALIGUS STAF MENTERI Terpisah, Andi mengaku jika dirinya merupakan anak dari sutradara film Febrian Adhitya yang kini menjabat sebagai staf ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Katanya, dia adalah anak kedua dari istri pertama Febrian, yang disebutnya punya nama asli Andi Herman Rasyid. “Saya anaknya sutradara FTV Febrian Aditia. Ibu saya bernama Rahmawati. Dulu nama bapak saya Andi Herman Rasyid, tapi sekarang menikah lagi dan namanya diganti Febrian Adhitya,” kata Andi.
Dia menyebut, Febrian dan ibunya berpisah sejak usianya enam bulan. Usai berpisah, Andi tinggal dengan neneknya bernama Mondeng di di tempat kelahirannya di Bone, Sulawesi Selatan. Sementara, sang ayah pergi ke Jakarta, sedangkan sang ibu tak diketahui keberadaannya. “Bapak (Febrian, Red.) sering ke Bontang jenguk saya. Sekarang dia tinggal sama istri keduanya. Kalau tidak salah namanya Nia Febrian,” ujarnya.
Lalu, bagaimana bisa di Bontang\" Andi mengaku sempat mendengar kabar jika ibunya berada di Bontang. “Saya dapat kabar kalau ibu di Tanjung Limau. Kemudian saya ke Bontang tapi ibu saya sudah tidak ada. Tapi saat saya datangi alamatnya, pemilik rumah mengaku jika ibu saya pernah tinggal di Tanjung Limau. Setelah itu, saya memilih menetap di Bontang dan menikah,” jelasnya.
Saat coba ditelusuri media ini, ternyata Febrian merupakan seorang aktor sekaligus sutradara. Meski minim informasi melalui internet, namun diketahui jika yang bersangkutan juga menjabat sebagai staf ahli menteri. Media ini pun mendapatkan nomor Febrian dari tersangka. Bahkan, sepertinya tersangka sudah hafal nomor Febrian lantaran mampu mengingat nomor orang yang diklaim sebagai ayahnya tersebut. Bahkan, di telepon genggam tersangka ada foto Febrian.
Saat dikonfirmasi, ternyata nomor telepon yang diberikan adalah milik Febrian. Dia pun membenarkan bahwa dirinya adalah seorang sutradara dan staf ahli menteri. Kendati demikian, dia membantah mengenal Andi. “Nama saya memang Febrian Adhitya, bukan Andi Herman Rasyid. Saya tidak kenal dengan dia (tersangka, Red.). Mungkin salah orang,” singkat Febrian.
Meski demikian, saat media ini menjelajahi website Widia Citra Nusantara (WCN), tertulis bahwa semasa kecil Febrian akrab dipanggil Herman. Sayangnya, referensi tentang Febrian sangat sedikit. (gun)