BANDUNG- Penyebaran virus HIV/AIDS rentan terjadi pada kalangan remaja, terutama di wilayah perkotaan. Hal ini berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan BPS.
Kasubdit BKKBN Jawa Barat Linda Herliani mengatakan, rentannya penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja perkotaan dikarenakan tingginya penyimpangan aktivitas. Selain penyalahgunaan narkoba, perilaku seks bebas kerap ditemui di kaum muda tersebut.
Linda menjelaskan, di kalangan pengguna narkoba, penularan virus HIV terjadi melalui jarum suntik yang digunakan bersama-sama.
\"Bagi mereka (pengguna narkoba), menggunakan jarum suntik bersama-sama itu lebih enak. Karena jika menggunakan jarum suntik yang baru, akan terasa sakit,\" kata Linda dalam seminar pendek HIV/AIDS yang digelar Universitas Padjajaran dan BKKBN Jabar, di FK Unpad, Bandung.
Selain penyalahgunaan narkoba, kata Linda, perilaku seks bebas kerap dilakukan remaja perkotaan. Terlebih, masih banyak remaja perkotaan yang belum paham akan penularan virus HIV melalui hubungan badan. \"Kami prihatin, karena banyak remaja perkotaan yang sudah melakukan hubungan seks pra nikah. Ada juga yang pakai kondom, tapi mayoritas tidak menggunakan kondom, sehingga rentan tertular virus HIV,\" kata Linda.
Bahkan, Linda menyebut tidak sedikit remaja yang melakukan hubungan seks di rumah mereka. Hal ini membuktikan lemahnya pengawasan dan perhatian orang tua.
Selain itu, kondisi remaja perkotaan pun diperburuk oleh mudah ditemuinya penjaja seks komersial (PSK) dan lokalisasi prostitusi. Menurut dia, remaja di perkotaan cukup banyak yang telah berhubungan badan dengan PSK.
Sehingga, tingginya penularan virus HIV di remaja perkotaan hampir menyamai kalangan PSK. Lebih jauh dia katakan, pendidikan reproduksi dan pengetahuan akan HIV/AIDS harus lebih digencarkan lagi di kalangan remaja.
Bahkan, pihaknya berharap agar pendidikan reproduksi serta pengetahuan seputar penularan HIV/AIDS dan penyakit kelamin lainnya dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan sekolah.
\"Dari SD sampai SMA mereka belajar tentang alat reproduksi hewan. Tapi pengetahuan alat reproduksinya sendiri, mereka tidak tahu. Dengan kata lain, pemahaman remaja akan pendidikan seks masih rendah. Ironis juga kan,\" katanya.(agp)