Lestarikan Lagu Rejang Lewat Petikan Gitar

Senin 25-11-2013,10:52 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Kisah Si Buta dari Tabarenah

TIDAK mampu melihat dunia sejak kecil bukan berarti tidak mampu mandiri, seperti itulah semangat yang dimiliki Yulisman, pria asal Desa Tabarenah Kecamatan Curup Utara. Kebutaan permanen yang dialaminya sejak lahir tidak mambuatnya menyerah dengan keadaanya itu. Anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Mahab (90) serta Saina (alm) itu bahkan diberi kelebihan suara merdu dan kemampuan bermain gitar tembang yang sudah mulai menjadi keterampilan langka dimiliki kebanyakan orang. Berikut laporannya,

=======================

OKTA FIRDAWAN,

Curup ======================

Kelebihan dan keterampilan yang dimiliknya itu, membuat Yulisman mampu menghidupi dirinya sebagai pengamen jalanan. Hari-hari dihabiskan Yulisman untuk tampil menyanyi sebagai musisi keliling dengan membawakan lagu-lagu daerah Rejang bahkan lagu dangdut, dari panggung ke panggung pesta rakyat. Seperti ketika dijumpai Bengkulu Ekspress baru-baru ini, petikan jari-jemari Yulisman begitu mahir menciptakan irama indah mengiringi suara merdunya saat tampil membawakan sebuah lagu Rejang karya Edi Musa berjudul Tebo Kabeak di sebuah panggung pesta rakyat di Kelurahan Batu Galing Kecamatan Curup Tengah. Suara merdu serta kemampuan bermain gitar itu, mengundang kekaguman para pengunjung pesta rakyat yang kemudian tanpa ragu memberikan sumbangan uang kepada Yulisman. Kepada wartawan Yulisman mengaku mulai tertatik dengan musik sejak masih kecil, kebutaan membuat Yulisman hanya mengandalkan pendengaran untuk menikmati keindahan irama musik. \"Saya senang mendengar musik sejak kecil, kemudian mulai menghafal lagu-lagu dari musik yang saya dengar. Umur 15 tahun saya mulai mempelajari gitar dari teman saya, kemudian pelan-pelan belajar sendiri untuk mengenal bentuk gitar dan bagian-bagiannya yang penting dengan cara meraba dan mendengarnya,\" ungkap pria yang mengaku tidak ingat tanggal, bulan dan tahun kelahiran tersebut. Yulisman mengaku banyak menghafal lagu-lagu daerah Rejang serta lagu Dangdut, bahkan telah cukup mahir mengiringi sendiri lagu-lagu tersebut dengan gitar miliknya. Modal itulah yang dipergunakannya untuk berkeliling dari panggung ke panggung hiburan rakyat yang menggelar pesta pernikahan, khitanan atau kegiatan lainnya. \"Rute terjauh saya mengamen pernah sampai Kabupaten Lebong, dan Kota Bengkulu saat mengambil piagam dari Gubernur karena diundang saya datang, kalau di Curup sudah kemana-mana saya pergi,\" katanya. Cukup lama mengenal musik, pria yang mengaku pernah menikah selama 8 bulan tersebut sekarang telah mampu menciptakan lagu sendiri yakni lagu daerah Rejang. Hanya saja, keterbatasan yang dimiliki membuatnya hanya mampu mempromosikan karya ciptaannya di panggung hiburan rakyat saja. \"Saya ada ciptakan lagu, ada sekitar 8 lagu saya karang sendiri. Saya tidak tahu mau merekamnya ke mana,\" tuturnya seakan pasrah. Sementara itu, dalam menekuni profesinya, sosok Manto (30) warga Desa Batu Panco sangat penting bagi Yulisman. Rekan kerjanya itu memang tidak cukup mengerti soal musik, namun Manto sangat berperan menjadi orang yang setia memapah Yulisman ke berbagai panggung pesta rakyat. Manto mengaku sudah lebih dari 4 tahun menjadi teman Yulisman untuk dapat berjalan jauh, serta membawakan gitar milik Yulisman.  Manto juga berperan penting, untuk mengenalkan Yulisman pada angka rupiah dari kantong baju kemeja yang menjadi tempat masyarakat bersimpati memberikan uang kepada Yulisman. \"Saya tidak tau berapa saja uang yang diberikan orang saat saya menyanyi, saweranlah istrilahnya itu. Manto inilah yang kasih tahu,\" ungkap Yulisman. Yulisman sangat mempercayai Manto, bahkan saat disinggung soal kejujuran Manto dengan tegas tidak pernah membohongi sahabatnya itu. \"Kalau uangnya berapa saya kasih tau, karena saya dapat uang dari hasil pemberikan Yulisman. Kadang sampai Rp 60 ribu sehari,\" tutur Manto. (**)

Tags :
Kategori :

Terkait