BENGKULU, BE - Tragis! Mungkin itulah gambaran yang pas melihat pertikaian berdarah dua saudara kandung, Hanpriadi (27) dan Rido Putra (21), keduanya warga Jalan Cimanuk No. RT 10 RW.05 Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu, sekitar pukul 13.45 WIB, kemarin siang (2/10). Sang adik Rido Putra, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) sementer akhir jurusan Teknik Informatika, tewas dengan luka tikaman sedalam 7 centimeter menembus ulu hati.
Mirisnya, persoalan yang berujung maut itu sangat sepele. Masalah teguran sang kakak terhadap adiknya yang main game di warung internet (Warnet) yang dijaganya. Warnet berdarah itu diketahui milik kedua orang tua mereka Hamidi Ak (62), pensiunan PNS Diknas Provinsi Bengkulu, dan Nopiarti (50), guru SDN 5 Kota Bengkulu. Pengelolaannya dipercayakan kepada Hanpriadi untuk mengelolanya. Posisi warnet yang diberinama Prince itu berada di samping rumah orangnya.
Kronologis kejadian berawal ketika Rido yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara ini sedang bermain game warnet tersebut. Sang adik tersebut bermain dengan membuka banyak akses situs dan game sekalis sehingga menyedot banyak kuota internet. Padahal saat itu tengah banyak pelanggan yang bermain internet. Tak ayal, situasi tersebut membuat akses internet menjadi lamban.
Hanpriadi, kakak kedua korban yang menjaga warnet tersebut menegur adiknya. Ternyata, teguran itu pun dijawab korban. Pertengkaran pun tak terhindarkan. Adu mulut pun berlanjut menjadi adu jotos. Postur tubuh Rido yang lebih besar, membuat sang kakak Hanpriadi kelimpungan. Bahkan sang kakak terluka di leher dan lebam di kepala.
Pertikaian di dalam warnet itu pun sempat dilerai sang ibu, Nopiarti. Sekalipun dilerai ternyata, adu mulut tetap berlanjut. Dengan emosi memuncak, Hanpriadi pun pergi ke luar warnet. Ternyata pergi ke dapur mengambil pisau dan kembali lagi menusuk dada adiknya sendiri hingga tewas. “Ibunya tidak tahu kalau anak keduanya itu pulang ke rumah tadi ngambil pisau. Dia tahunya ketika anak bungsunya sudah bersimbah darah,” ungkap Ngatiman (43) tetangga korban saat ditemui di rumah sakit, kemarin.
Melihat korban bersimbah darah, pihak keluarga dan warga sekitar langsung membawa korban ke RSUD M Yunus Bengkulu. Sayangnya, saat di perjalanan nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Pasalnya luka tusukan yang dialami korban cukup serius. Korban mengalami luka tusukan sedalam 7 centimeter mengenai ulu hati.
Usai membunuh sang adik, Hanpriadi terlihat linglung dan terpukul. Warga cepat mengamankannya. Kepada warga berjanji akan menyerahkan diri ke polisi sehingga dilepaskan. Namun saat dilepaskan, pelaku melarikan diri.
Sementara itu, Hamidi, ayah korban mengatakan, keduanya anak lelakinya itu memang sering bertengkar karena persoalan sepele. “Kakaknya ini memang sering marah-marah sama adiknya ini. Karena merasa dirinya sudah dewasa adiknya ini melawan dengan kakanya itu,” singkat ayah korban.
Mendapati anaknya tewas di tangan sang kakak, ibu dan bapak korban sempat pingsan. Sekitar pukul 17.00 WIB korban, oleh pihak keluarga langsung dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
Menyerahkan Diri
Setelah sempat kabur, sekitar pukul 19.00 WIB, pelaku menyerahkan diri ke Polres Bengkulu didampingi keluarga dan anggota Buser. Pelaku langsung diperiksa dan dijebloskan ke tahanan.
Saat diwawancarai wartawan, pelaku mengaku menyesal. Ia tak menyangka adiknya tewas di tangannya. Diceritakannya, ia kala itu berupaya menegur adiknya agar menutup beberapa program yang diaksesnya melalui internet warnet. Soalnya, apa yang diakses adiknya itu mengganggu kecepatan dari internet yang dimiliki warnet. Namun adiknya merespon dengan emosional dan mengancamnya.\"Saya hanya minta dia menutup beberapa program,\" ucapnya.
Hapriandi mengaku saat perkelahian terjadi, dirinya kalah fisik dengan sang adik. Namun karena sudah terlanjur emosi dirinya mengambil pisau lantas menujah dada adiknya itu.\"Khilaf, kalap. Aku la emosi nian. Aku nyesal dan minta maaf sama keluarga. Aku ingin sujud minta maaf sama ibu dan bapak,\" tuturnya.
Usai membunuh adiknya, dirinya memang memilih kabur. Saat itu dirinya sempat dibisikkan salah seorang keluarganya untuk menenangkan diri dulu. Dirinya pun pergi ke Masjid Babusalam.\"Saya salat dan menangis menyesali perbuatan yang telah saya lakukan,\" ujarnya. Selanjutnya, dirinya pulang ke rumah dan diarahkan untuk menyerahkan diri ke polisi.
Kapolres Bengkulu, AKBP Iksantyo Bagus Pramono SH MH melalui Kapolsek Gading Cempaka, AKP Mayndra Eka Wardhana SH SIK membenarkan telah terjadi pembunuhan antara adik dan kakak. Dikatakan Kapolsek pihaknya telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan sidik jari terhadap korban. “Sementara itu dari keterangan keluarga motif pembunuhan ini karena hal sepele. Tapi untuk lebih jelasnya kita masih melakukan pernyelidikan terhadap pelaku,” ungkapnya.(618)