Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengenakan busana Melayu saat dijamu Ratu Inggris Elizabeth dan Pangeran Philip di Istana Buckingham di London, kemarin, mendapat acungan jempol dari pakar budaya. Kepala negara dinilai telah mengaplikasikan keberagaman di Indonesia.
\"Wajar saja Presiden SBY berbusana Melayu. Itu menunjukkan Presiden SBY bijak karena menghargai kebinekaan. Melayu kan juga merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia,\" kata Prof Dr Wan Syaifuddin, guru besar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (2/11).
Pada jamuan di Istana Buckingham di London, Presiden SBY mengenakan busana Melayu dengan kain songket melilit di pinggang hingga atas lututnya. Ada yang menyebut pakaian ini teluk belanga dalam. Busana ini umum dikenakan di rumpun-rumpun Melayu yang tersebar pada sebagian besar Sumatera, Kalimantan, bahkan di Jakarta.
Presiden SBY dinilai telah mengaplikasikan langsung keberagaman di Indonesia, yang selama ini cenderung hanya dijadikan iklan pariwisata. \"Alangkah baiknya jika presiden kita mengenakan busana etnis-etnis yang ada di Indonesia, tidak hanya satu etnis saja, semisal nanti juga mengenakan busana Bugis, Batak, atau lainnya saat berkunjung ke luar negeri,\" ucap Wan Syaifuddin.
Sekretaris Umum Pengurus Besar (PB) Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) ini menilai, busana SBY menunjukkan upaya Indonesia berebut pengaruh dan klaim sebagai sumber kebudayaan Melayu.
\"Begitu banyak negara yang didiami bangsa Melayu dan menuturkan bahasa Melayu, bahkan sampai ke Cape Town, Afrika Selatan. Dengan mengenakan busana Melayu, berarti Presiden SBY telah menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Melayu tidak semata-mata ada di Malaysia, tapi juga merupakan bagian kebudayaan Indonesia. Terlebih, SBY juga telah mendapat gelar kehormatan Sri Paduka Maharajo Notonegoro dari masyarakat Melayu Jambi,\" paparnya.(**)