JAKARTA - Ancaman terorisme di dalam negeri belakangan ini sudah lebih dari cukup, bahkan sangat gamblang. Sehinggga aparat keamanan punya alasan sangat kuat dan relevan untuk meningkatkan kewaspadaannya.
Demikian disampaikan anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo terkait berbagai teror yang sering terjadi belakangan ini. Sayangnya, dari serangkaian aksi itu, pelakunya tak kunjung tertangkap oleh kepolisian, maupun lembaga BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).
”Lihat saja, serangkaian peristiwa berbau kejahatan terorisme sudah sangat merongrong sistem keamanan di dalam negeri ini. Bukan hanya peledakan di Vihara Ekayana saja,” ujar Bambang dalam bincang-bincangnya dengan INDOPOS (Grup JPNN), Minggu (11/8) di Jakarta.
Bambang mengatakan, penembakan yang menewaskan anggota polisi Aipda Patah Saktiyono, 52, dan Aiptu Dwiyatno, 51, dalam dua pekan terakhir, termasuk penyerangan terhadap fasilitas Polri menjadi indikator kembali menguatnya ancaman terorisme di Indonesia.
Dia menilai, kasus penembakan polisi dan peledakan vihara itu hanya serangan untuk mengalihkan perhatian demi membidik sasaran lain yang lebih besar dan strategis dengan skala serangan yang jauh lebih besar.
”Sebelum serangan berskala besar itu terjadi yang entah dimana dan moga-moga bukan di negara ini, aparat harus segera menangkap pelaku peledakan dan penembakan polisi itu,” beber Bambang.
Indikatornya, lanjut Bambang, kasus ”lenyapnya” 250 batang dinamit milik PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) di Subang tiga pekan lalu serta pembobolan LP Tanjung Gusta di Medan yang menyebabkan sejumlah narapidana teroris berhasil kabur.
Mantan Pemred Harian Nasional ini menyebutkan, pembobolan LP Tanjung Gusta sangat mungkin berkaitan dengan peringatan Organisasi Polisi Kriminal Internasional (ICPO) baru-baru ini yang menyatakan pembobolan penjara di sejumlah negara merupakan ancaman besar bagi keamanan global.
”Bahkan ICPO menduga jaringan al Qaeda juga terlibat dalam penyerangan dan pembobolan sejumlah penjara di sembilan negara sekaligus itu,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Bambang mengimbau agar ledakan bom di Vihara Ekayana, serta penembakan terhadap polisi dan serangan bom terhadap fasilitas Polri patut dilihat sebagai kecenderungan yang menegaskan adanya ancaman terorisme di dalam negeri akan kembali menguat.
”Bom di Vihara dan pembunuhan polisi layak dimaknai sebagai upaya pelaku terorisme menjajal kewaspadaan aparat keamanan dalam negeri. Makanya aparat keamanan harus serius dan intensif mengusutnya,” pungkasnya. (ind)