Tumpahkan Kritik dengan Sastra
NURLAILI MPd seorang penyair yang ada di Bengkulu, juga berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia di SMPN 15 Kota Bengkulu. Putri dari pasangan Janur dan Hj Rakaah ini, dibesarkan dalam keluarga yang sederhana dan dengan belakang pendidikan Sekolah Rakyat. Pun begitu kepiawaianya dalam menulis syair puisi dari bait ke bait diwarisi dari sang ibu Hj Rakaah yang senang dalam satra bertutur. Namun kesenanganya untuk membuat syair puisi dilakoni sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ketika duduk di bangku SMP, bakat menulis Lili kian tampak. Dia menulis puisi dengan menggunakan bahasa bertutur, dan ia menulis ketika diminta dalam pembuatan puisi di kelas oleh gurunya. Seiring berjalannya waktu, Lili menulis puisi dan dibukukan sendiri. Sayangnya tragedi kebakaran hebat membuat rumahnya rata dengan tanah, seluruh dokumentasi puisinya hangus. Bakat menulisnya terus mengggeliat hingga lulus kuliah Strata 1 di Universitas Muhammadiyah.
Ia kemudian bekerja di Taman Budaya, disinilah ia semakin eksis, dan memiliki jaringan luas, dan ia masuk dalam forum penulis penyair perempuan Indonesia. Kemudian melanjutkan kuliah master pendidikan di Universitas Bengkulu. Jaringanya semakin luas, dan kian bertambah semangat untuk menulis. Atmosfir berkesenian yang ada dalam dirinya makin menggelora. Berbagai karyanya di bukukan bersama puisi nasional lainnya salah satunya , buku \"Pesona gemilang Musim\", ia juga aktif terlibat dalam klub-klub diskusi kesenian. Dikatakan ibu empat putra ini, penulisan syair berkat orang tuanya yang selalu menanamkan kebiasaan cinta lingkungan dan peduli akan kondisi sosial dimasyarakat, inilah melatar belakangi dirinya selalu peduli dengan kondisi lingkungan sekitar,tulisannya bernuansa sosial dan itu sangat terasa dalam karya-karyanya yang dihasilkan. salah satu hasil karyanya yang pernah dibukukan adalah \"Mencari dan si anak pantai. \"salah satu Puisi itu menggambarkan kondisi perempuan paruh baya yang menduduki kursi tuanya,\" katanya.
Menulis suatu syair puisi gampang-gampang susah dibutuhkan waktu yang tepat, merekam kejadian dalam tiap harinya, \"menulis itu nunggu mood, terkadang lihat kejadian siang malamnya terpikiri, kalau lagi mood ya inspirasi itu mengalir begitu saja, bisa beberapa judul bahkan, \" katanya.
Ia sangat bangga dengan hasil karyanya yang selama ini mampu menjadikan dirinya untuk berkeliling di nusantara bahkan akan menghantarkan ke tingkat nasional. Selama saya setiap tahun datang ke daerah-daerah membacakan puisi bersama dengan rekan jaringan, belum lama ini saya diundang di Jogyakarta, dan belum lama ini even di Jakarta mengundang penyair dari Brunai. Even yang akan diikuti kedepanya yakni, Bengkulu diundang dalam kampung sastra di negara Brunai Darusalam. Dalam kesempatan ini saya akan membawa anak-anak tingkat sekolah dasar, dan ini akan diikuti seluruh provinsi. \"Sekarang saya mengseleksi siswa-siswi untuk dibawah kesana, karena mereka ini akan mengikuti pertunjukan sastra di negeri orang selama sepuluh hari, \" terangnya.
Guru Bahasa Indonesia ini, selain bangga dalam karyanya, ia juga mengaku puas dengan caranya dalam mengkritik pemerintah dengan cara gaya bahasa, \"mengkritik itu tidak semua menggunakan prilaku, atau aksi treatikal, namun dalam bentuk tulisan syair pun lebih tajam, \" terangnya seraya mengaku pernah membuat syair puisi \"sogok menyogok di pemerintahan\" . \"kepuasan saya, ketika mampu menulis puisi dan di bukukan, \" katanya.
Sebagai ibu dari anak-anaknya, istri Tito Adi ini tak melepas tanggungjawabnya sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus perempuan karier, setiap pagi ia menjalankan tugasnya memasak untuk ketiga putranya, seperti memasak, membersihkan rumah dan lain-lain.
Terkadang harus ngajar les kesenian, rutinitas itu ternyata tak membuat sang anak terlantar, justru kemandirian yang ditanamkan dijadikan contoh terhadap anak-anaknya, dibuktikan berbagai prestasi yang diraih sang anak dibidang yang sama seperti sastra puisi, sastra tari, sastra cipta baca cerpen, baik tingkat provinsi hingga tingkat nasional.
Ia juga mengajak para perempuan Bengkulu agar tidak diam saja, buatlah dan berkaryalah demi diri dan untuk orang lain, karena dengan berkarya mampu menciptakan jaringan yang luas.
\"Mari para perempuan Bengkulu peduli terhadap lingkungan sosial, lingkungan hidup, dan tanamkan kecintaan itu terhadap anak-anak sejak dini, kenalkan mulai dari keluarga, dan lingkungan masyarakat, dan lingkungan kerja\" ajaknya. (endang)