Yayasan Dokter Peduli (doctorShare) meresmikan rumah sakit apung dengan nama RSA Dr. Lie Dharmawan. Kapal ini RS apung swasta pertama di Indonesia.
Dalam peresmian ini turut hadir Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan yang melakukan kunjungan kedalam kapal berukuran 23,5 meter X 6,55 meter ini.
Dalam kunjunganya ke dalam RS apung ini, Dahlan berkeliling didalam kapal yang memiliki sekitar 8 ruangan yang difungsikan untuk kegiatan kedokteran seperti kamar bedah, laboratorium, ruang rawat inap pasien, ruang arsip, kamar USG, kamar dokter dan kamar perawat.
Pada kesempatan tersebut, Dahlan mengaku kagum akan ide \'gila\' seorang dokter untuk membuat RS apung sendiri dan tanpa campur tangan pihak pemerintah. Menurutnya, saat ini memang mulai banyak yang mau bergerak sendiri, bersikap independen tidak mau dibantu oleh pemerintah.
\"Ini bagus sekali, memang inisiatif relawan seperti ini yang terpenting adalah inspirasi \'kegilaannya\' dan sikap untuk tidak bergantung kepada siapapun,\" katanya saat meresmikan RS apung ini dikawasan Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Kamis (6/6/2013).
Dahlan juga memuji kelengakapan fasilitas yang dimiliki oleh kapal tersebut walaupun dengan kapasitas ruang yang terbatas. \"Saya rasa (kapal) ini bukan tempat kecil. Ini tetap menjadi yang termodern diantara yang lain, saya bangga, saya berterimakasih bisa melihat pengabdian seorang dokter,\" katanya.
Menurut Dr Lie Dharmawan, pendiri dari doctorShare, ide pembuatan rumah sakit apung ini didapatkan ketika dia melakukan perjalanan ke pulau Tual. Di pulau tersebut dia melihat ibu-ibu membawa anaknya yang sakit untuk berobat, namun untuk berobat harus menyeberangi laut selama 3 hari 2 malam.
\"Ide ini lahir 4 tahun yang lalu di kota Tual, anak itu ususnya terjepit dan harus di operasi dalam 9 jam. Namun mereka butuh waktu untuk berobat,\" katanya.
Kapal ini akan diperuntuhkan bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir yang dekat dengan pantai sebagai komplemantari dari program pemerintah dalam bidang kesehatan terutama untu wilayah terpencil. \"Kami tidak memiliki target apa-apa mengenai jumlah pasien atau lokasi yang akan dicapai. Kami tidak akan memungut biaya, ini 100% gratis,\" katanya.
Dalam sekali perjalanan, kapal ini akan membawa sekitar 17 awak dan 12 diantaranya merupakan dokter, seperti dokter anak, dokter bedah, dokter anestesi, dokter umum, dokter penyakit dalam dan lain-lain. Sedang untuk biaya pelayaran dan kegiatan kedokteran sendiri, Dr. Lie mengaku hanya mengandalkan dari dana pribadi, yayasan serta donatur.
Pelayaran perdana kapal ini sendiri dilakukan ke Pulau Panggang, Kepulauan Seribu pada 16-17 Maret 2013. Telah mengobati 320 warga, 15 pasien bedah minor, 5 pasien bedah mayor yang dilaksanakan di badan kapal. Pelayaran kedua ke Manggar, Belitung Timur pada 2-4 April 2013 dan juga berlayar ke Ketapang, Kalimantan Barat pada 12-14 April 2013 lalu.