Ortu Cerai, Ribut Hak Asuh Mendominasi

Jumat 31-05-2013,13:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

JATIASIH- Permasalahan kedua orang tua yang didasari oleh perbedaan prinsip hingga faktor ekonomi, mendominasi kasus perceraian di Kota Bekasi. Bukan hanya itu,  kurangnya edukasi kepada kedua orang tua mengenai pentingnya mengasuh dan mendidik anak-anak secara benar, dirasakan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAID) Kota Bekasi masih sangat minim. Komisioner Pemantauan dan Evaluasi KPAID Kota Bekasi, Sahroni, mengungkapkan untuk tahun 2012 saja, kasus kekerasan yang dilaporkan kepada pihaknya mencapai ratusan jumlahmya. ’’Dari kasus tersebut, yang paling mendominasi adalah kasus perebutan hak asuh anak,” ujar Sahroni saat dikonfirmasi oleh Radar Bekasi (Grup JPNN), Kamis (30/5). Dikatakannya, kasus perebutan hak asuh anak tersebut di Kota Bekasi sendiri selalu menjadi yang mendominasi atau paling banyak dilaporkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bekasi. ’’Biasanya hal ini terjadi karena biasanya, ketika orangtua mereka bercerai dan si anak yang masih di bawah umur ikut si ibu, si anak kurang betah dan ini menjadi perebutan bagi kedua orangtua mereka,” paparnya. Ia pun memprediksikan bahwa kasus perebutan hak anak di tahun 2013 ini pasti akan tinggi mengingat kasus perceraian yang terjadi di Kota Bekasi kerap terjadi hingga saat ini. ’’Sebenarnya bukan hanya kasus perebutan hak asuh anak saja yang tinggi di Kota Bekasi, pelecehan seksual hingga ekploitasi anak juga kerap mendominasi di Kota Bekasi dan penyebarannya merata,” tuturnya. Untuk menekan kasus tersebut, KPAID Kota Bekasi berusaha memberikan sosialisasi dan mediasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Karena KPAID Kota Bekasi prinsipnya tidak memihak kepada salah satu pihak. Dalam kesempatan tersebut, Sahroni berharap bahwa keluarga dapat memberikan peran yang lebih dalam melakukan pendidikan dan pembentukan karakter. ’’Jika rumah tangga tidak dijaga agar harmonis dan nyaman bagi anak-anak, maka mereka tak betah dan akan mencari di luar rumah, akibatnya adalah generasi yang tidak memiliki karakter. Remaja-remaja yang jadi anggota geng motor itu antara lain karena keluarganya berantakan,” pungkasnya.(gir)
Tags :
Kategori :

Terkait