Pedagang Diberikan Waktu Seminggu

Kamis 16-05-2013,12:30 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

RATU SAMBAN, BE - Gejolak yang terjadi di Pasar Subuh yang berlokasi di Jalan KZ Abidin II akhirnya mereda.  Ini setelah Walikota H Helmi Hasan SE berdialog langsung dengan ratusan pedagang Pasar Subuh yang difasilitasi BEM se-Kota Bengkulu sekitar pukul 09.45 WIB, kemarin (15/5). Dari dialog yang digelar di Masjid Assalamah Kebun Bungsu tersebut didapati kesepakatan, pedagang Pasar Subuh diberikan waktu selama sepekan untuk menunjukkan itikad baik mereka dalam menjaga kebersihan di jalan yang menjadi jantung Kota Bengkulu tersebut.

\"Sejak awal kami sampaikan bahwa kami memiliki niat baik dengan melakukan relokasi ini. Tidak mungkin kita berjualan di jalan dan merampas hak para pengguna jalan serta hak para pemilik ruko yang berjualan di sekitar bapak ibu semua.

Kalau bapak ibu sekalian yang berjumlah lima ratus orang di sini bisa mengumpulkan tanda tangan untuk tetap berjualan di tengah jalan, kami bisa saja menggalang 5 ribu tanda tangan warga Kota Bengkulu yang menolak jalan sebagai lokasi berjualan, demi Kota Bengkulu yang bersih. Tapi kami tidak mau melakukan hal itu. Sekarang mari kita capai kesepakatan,\" ucap walikota.

Lantas walikota pun meminta komitmen para pedagang apakah siap untuk berjualan hanya sampai pukul 08.00 WIB saja. Tanpa komando, ratusan pedagang itu pun kompak berteriak \"Siaaappp..!!!\"

Dengan dialog ini, walikota dan pedagang akhirnya menemui titik sepakat. Walikota berkomitmen, apabila pedagang bisa menjaga kebersihan dan mengosongkan seluruh lokasi Jalan KZ Abidin II dari segala macam sampah, gerobak dan meja dagangan tepat pada pukul 08.00 WIB, maka pedagang akan dipersilahkan untuk terus berjualan di jalan tersebut.

Beberapa pedagang sempat bereaksi atas kesepakatan tersebut karena khawatir adanya oknum-oknum dikalangan pedagang yang tetap ngotot berjualan di Pasar Subuh melampaui pukul 08.00 WIB. Bahkan ada pedagang yang bilang, sebagian mereka terkadang diprovokasi untuk tetap berjualan melebihi pukul 08.00 WIB oleh oknum-oknum tersebut. Karenanya mereka meminta kepada walikota untuk melakukan penertiban kepada para pedagang yang melanggar komitmen.

Mendapati kondisi itu, walikota pun menyerahkan kepada pedagang untuk membentuk panitia keamanan dan kebersihan sendiri. \"Kami tidak bisa melakukan penertiban tersebut dengan resiko akan dinilai pemerintah melakukan pendzaliman. Karenanya kami juga memohon agar pedagang bisa melakukan penertiban tersebut secara mandiri. Tunjukkan kekompakkan bapak ibu sekalian,\" tegasnya.

Hapuskan Retribusi Dengan adanya kemandirian dalam melakukan pengolahan kebersihan dan keamanan tersebut, walikota juga mulai memberlakukan penghapusan retribusi. Hal ini didasarkan dengan adanya keluhan pedagang dimana mereka semula merasa bahwa dengan membayar retribusi kebersihan maka tanggung jawab kebersihan tersebut sebenarnya bukan terletak di pundak mereka.

Walikota bahkan meminta kepada pihak pengelola pasar untuk tidak melakukan penerikan retribusi ini lagi. Ia berujar kepada para pedagang untuk memberikan laporan kepadanya maupun dinas tekhnis terkait bilamana ditemukan adanya oknum yang masih melakukan penarikan retribusi tersebut.

Apresiasi Mahasiswa yang Independen Dalam dialog tersebut, walikota juga sempat memberikan apresiasinya atas peran mahasiswa yang secara jujur memberikan pembelaan kepada para pedagang. Sebagai orang yang pernah berkecimpung dalam dunia pergerakan, walikota merasa apa yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut merupakan langkah yang terpuji. \"Kalau mahasiswa masih independen, bebas dari kepentingan dan semata-mata berpijak kepada kebenaran, maka kami mendukung itikad baik tersebut,\" ujarnya.

Ia menengarai bahwa dialog ini juga dapat diselenggarakan berkat permohonan mahasiswa yang datang menemuinya di Balai Kota, Selasa (14/5) malam. Dikatakannya, saat itu mahasiswa meminta kepadanya untuk adanya dialog terakhir sebelum langkah relokasi benar-benar dilakukan.

\"Maka pada waktu itu saya jawab, baiklah. Kita akan melakukan dialog. Saya senang ada musyawarah. Musyawarah yang diputuskan secara arif dan bijak pasti akan senantiasa direstui oleh Allah SWT dalam pelaksanaannya. Tapi saya minta hasil musyawarah tersebut dijunjung tinggi,\" tandasnya yang diamani oleh seluruh pedagang dan segenap orang yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Fakta Relokasi Sebelumnya, walikota juga sempat menyampaikan fakta-fakta yang ia dapatkan sebelum relokasi itu menjadi sebuah kebijakan yang ia ambil. Disampaikannya, bahwa langkah relokasi merupakan sebuah pertimbangan yang matang. Ia membeberkan lima hal.

Pertama, ia mendapatkan laporan dari warga sekitar Pasar Subuh yang mengeluhkan kepadanya mengenai saluran drainase yang tersumbat karena limbah Pasar Subuh. Ia bahkan pernah suatu waktu menggali sendiri saluran air di Kebun Bungsu dan menemui adanya tanduk kerbau yang berasal dari Pasar Subuh.

\"Kalau kita mengakui bahwa warga Kebun Bungsu ini juga adalah warga kota yang punya hak yang sama dengan bapak ibu sekalian, maka mereka harus kita hargai. Maka keberadaan Pasar Subuh itu dikeluhkan dengan alasan ini,\" ungkapnya.

Kemudian yang kedua, ia juga mendapatkan laporan mengenai adanya keluhan dari para pemilik ruko yang merasa terganggu dengan keberadaan dagangan para pedagang Pasar Subuh yang memakan badan jalan.

\"Beberapa ruko bahkan sempat mengancam pindah. Ini membuktikan bahwa kita tidak bisa melindungi hak sebagian warga dengan melakukan perampasan hak warga lainnya. Di sini berlaku prinsip menegakkan keadilan,\" tukasnya.

Ketiga, walikota juga menyoroti mengenai terbengkalainya kesejahteraan para pedagang Pasar Subuh karena maraknya praktik rentenir. Walikota berkomitmen untuk mengeluarkan para pedagang dari praktik rentenir tersebut dengan pendirian koperasi dimana ia sudah menanamkan investasi sebesar Rp 50 juta sebagai modal awal mereka.

Keempat, telah ada perjanjian sebelumnya diantara para pedagang dengan pemerintah mengenai kebersihan Pasar Subuh sebagaimana kesepakan yang dibuat. Perjanjian ini telah dilanggar sendiri oleh para pedagang.

Kelima, kebersihan dan keteraturan kota merupakan tanggung jawab setiap pemerintah yang memimpin. Seharusnya semua pihak merasa malu apabila Kota Bengkulu dinilai kotor oleh para pendatang yang datang berasal dari luar daerah karena melihat kumuhnya pengelolaan Pasar Subuh yang berada di jantung Ibukota Provinsi.

\"Bayangkan kalau nanti presiden datang ke sini dalam rangka menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) dan ia melihat Pasar Subuh masih kotor. Itu tentu akan menjadi aib bagi kita semua,\" tegasnya.

Sempat Menolak Relokasi Walikota juga menyinggung tentang upaya untuk menentang sendiri upaya relokasi. Hal ini pernah dilakukannya setelah melihat kondisi Pasar Baru Koto II yang ia nilai masih kurang layak sebagai tempat kepindahan para pedagang Pasar Subuh. Disampaikannya bahwa yang ia lihat saat itu sejumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan belum lengkap seperti drainase, air bersih, listrik dan lokasi berjualan.

\"Kami sama sekali tidak ada niat untuk menyengsarakan bapak ibu sekalian. Karena fasilitas di Pasar Baru Koto II belum memadai, kami pun awalnya sempat menolak. Tapi kami sekarang memastikan bahwa kondisi disana sudah representatif, makanya kami nilai sudah layak,\" imbuhnya.

Ia pun memastikan bahwa setelah pedagang menempati Pasar Baru Koto II, para pedagang bisa memilih sendiri lokasi tempat mereka berjualan. Ia juga memastikan bahwa para pedagang akan dilindungi oleh pemerintah dari segala macam pungutan.

Ia bahkan berjanji akan memberikan kucuran dana yang lebih besar lagi untuk mensejahterakan para pedagang dengan bantuan dana Samisake (Satu Milar Satu Kelurahan) yang akan digulirkan pemerintah pada akhir tahun. \"Jadi jangan memandang kami ingin mematikan bapak ibu sekalian dengan adanya kebijakan relokasi ini,\" bebernya.

Sempat Bersitegang Disisi lain, dialog yang dilangsung di Masjid Assalamah Kebun Bungsu ini sempat diwarnai keributan. Misalnya pada saat dialog dibuka, para pedagang sempat meneriakkan gema hidup mahasiswa. Suasana juga berlangsung gaduh saat walikota menyampaikan pendapatnya mengenai Pasar Baru Koto II.

Sejumlah pedagang yang diberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasi pun disambut oleh teriakan sepakat oleh para peserta forum dialog.

\"Kami melihat sendiri memang ada pihak provokator yang menyerukan kepada kami agar tidak mau pindah dari Pasar Subuh. Provokator tersebut kami semua. Kami memang secara tegas menolak relokasi. Bagaimana tidak, ada tanah milik Pemda Kota disekitar sini, kenapa tanah itu tidak diberikan kepada kami.

Kami tidak mau pindah kalau jauh dari Pasar Minggu ini. Kenapa ada satu orang Cina yang bisa dibela Pemda Kota keberadaannya sementara kami yang berjumlah ratusan tidak bisa dibela oleh Pemda Kota,\" kata Edi, salah satu pedagang yang sempat disambut gemuruh para pedagang lainnya dengan teriakan benar.

Pertemuan juga sempat memanas ketika Neni, salah seorang pedagang Pasar Subuh yang menjual cabe. Dikatakannya bahwa kekhawatiran terbesar mereka adalah banyak korban yang berjatuhan apabila Pasar Subuh dipindahkan.

\"Bukan hanya kami pedagang, tapi juga tukang ojek, tukang gerobak, tukang parkir dan bukan tidak mungkin PTM (Pasar Tradisional Modern) ini pun akan mati. Karena kehadiran kami lah yang membuat Pasar Minggu ramai,\" ujarnya dengan gamblang yang sekali lagi disambut gemuruh para pedagang lainnya.

Sementara Isti Januari, salah seorang pengurus Pasar Subuh mengatakan, kesepakatan yang pernah mereka buat tidak merepresentasikan semua pedagang Pasar Subuh. \"Waktu itu yang hadir hanya 150 orang.

Sementara jumlah kami di sini ada ribuan orang. Lagian pihak UPTD menulis sendiri ketentuan di sana tanpa melibatkan kami. Jelas perjanjian itu dibuat sepihak dan tidak mencerminkan persetujuan semua pedagang Pasar Subuh,\" urainya.

Namun, semua kegaduhan ini dapat diredam oleh mahasiswa. Sebagai fasilitator, mahasiswa memainkan peran sehingga berbagai keributan dan ketegangan dapat mencair ketika mahasiswa mengancam akan meninggalkan forum dialog bila para pedagang ribut dan gaduh.

Dialog akhirnya ditutup pada sekitar pukul 11.30 WIB. Walikota sempat mengundang seluruh peserta forum dialog untuk menghadiri salat bersama di Masjid Akbar, Kelurahan Anggut Atas.

Acara ini juga diikuti oleh seluruh unsur pimpinan daerah. Diantaranya adalah Wakil Walikota Ir Patriana Sosialinda, Wakil Ketua I DPRD Kota Irman Sawiran SE, Kapolres AKBP H Joko Suprayitno SST MK, Kajari Suryanto SH, Dandim, Danlanal, Ketua BMA, Kepala-kepala dinas dan perwakilan UPTD Pasar Minggu.

Pedagang Berterimakasih Usai dialog, sebagian pedagang memilih berkumpul di depan PTM. Mereka mendiskusikan lebih lanjut tindak lanjut dari hasil pertemuan tersebut. Tampak diantaranya sebagian mahasiswa yang tergabung dalam BEM Se Kota Bengkulu. \"Kami berterimakasih kepada bapak walikota yang masih memperkenankan kami untuk berjualan di Pasar Subuh ini.

Dengan demikian kami tak perlu khawatir untuk dapat meneruskan hidup kami,\" ujar Dewi, salah satu pedagang ayam potong. Senada dengan Dewi, Imam, pedagang sayur-sayuran berujar, ia bertekad untuk mengajak para pedagang lainnya untuk menjalankan komitmen yang mereka buat dalam forum tersebut.

\"Usai pertemuan tadi, akan ada kepanitiaan dari kami sendiri yang akan mengawal agar pasar ini bersih tepat pada jam 8. Kami optimis dapat melakukannya,\" paparnya.(009)

Tags :
Kategori :

Terkait