Pakatan Rakyat secara de facto hanya sebuah nama koalisi. Selebihnya motor utama koalisi oposisi ini adalah Prof Dr Anwar Ibrahim (65). Putrinya, Nurul Izzah Anwar, kelahiran tahun 1980 menambah pesona itu. Apa pun tuduhan memojokkan dari kubu Barisan Nasional terhadap bapak dan putrinya ini, mereka tetap menjadi idola sebagian rakyat Malaysia jika tidak oleh sebagian besar.
Kampanye-kampanye bapak dan putri ini selalu diikuti jejalan massa yang datang sukarela. Di markas-markas mereka tidak ada makanan gratis, tidak ada door prize. Warga tetap saja datang. Beda dengan markas Barisan Nasional (BN) dan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), di mana konsumsi gratis tersedia di kawasan Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur.
Izzah tak pelak lagi menjadi seorang putri yang terbebani akibat derita bapaknya. Seorang ayah yang dipecat oleh Dr Mahatir tahun 1998, dan terus dipojokkan soal skandal seks.
Lebih dari itu, Nurul memang mampu menarik simpati. Dalam setiap kampanyenya, dia selalu menyapa pendukung dengan bahasa Melayu, China, dan India. Demikian pula Anwar, dalam setiap kampanye menjadi orator yang tidak saja membuat pendukung terpana. Dia mampu melawak. ”Anda tahu jika media massa hanya ada banyak berita soal Melayu. Soal India dan China, sikit saje,” katanya membuat khalayak tertawa.
Lalu, apa yang membuat banyak warga Malaysia menyukai mereka? Warga Malaysia bosan dengan status quo. Bosan dengan suasana politik yang itu-itu saja. Merdeka Centre, lembaga think tank terhormat dan berperan sebagai pemantau pemilu kali ini, merinci tentang opini warga terhadap BN dan Pakatan Rakyat.
Bukannya tidak dihargai kinerja BN selama ini soal kemajuan pembangunan Malaysia. Hanya saja para warga ingin suasana baru. Warga ingin perubahan pemerintahan yang dipersepsikan tidak bebas dari praktik kolusi, nepotisme, dan korupsi. Isu ini memang ditonjolkan Anwar. Dia menyerang KKN dan UMNO. Dia menghindari menyerang BN secara keseluruhan karena di dalamnya ada etnis Melayu, China dan India.
Pihak UMNO dan BN, termasuk PM Najib Razak, menuduh Anwar selalu memberi tuduhan tak berdasar. Namun, sebagian rakyat telanjur mencintai dia. Di jejaring sosial, Pakatan Rakyat banyak mendapatkan dukungan dengan menonjolkan kata-kata atau kalimat, seperti ”Ini Kali Lah”, ”Ubah”, dan reformasi. Jejaring sosial menjadi salah satu ajang kampanye utama Pakatan Rakyat karena koalisi itu mendapatkan sedikit saja ruang di media-media resmi pemerintah.
Tertarik aneka program
Pada kenyataan, warga juga tertarik dengan program-program Pakatan Rakyat. Syahril (34), karyawan penjaga toko di kawasan Bukit Bintang, mengatakan, ”Saya tidak membantah sukses Malaysia soal pembangunan ekonomi. Akan tetapi, yang mendapat lebih banyak kan yang di atas-atas, bukan orang seperti saya.”
”Saya ingin ada perubahan di negara ini. Saya belum menikah, tetapi saya juga harus memikirkan keadaan keturunan saya kelak jika saya menikah dan punya anak. Saya harus berpandangan jauh ke depan,” kata Syahril yang juga beretnis Melayu.
Juned, pendatang dan pekerja di Kuala Lumpur asal Negara Bagian Negri Sembilan, berkata lain. ”Saya asal Negri Sembilan Bang, fanatik pada Barisan Nasional. Saya tidak tertarik dengan iming-iming perubahan,” kata Juned, pekerja bidang transportasi publik.
Merdeka Centre merinci sejumlah faktor yang membuat Anwar menarik. Dia disukai etnis China, India, dan Melayu walaupun porsi Melayu tidak lebih besar sebagai pengagumnya dibandingkan dengan dua etnis lainnya. Anwar dianggap pembela kesetaraan etnis.
Anwar dicintai oleh warga muda hingga berusia 50 tahun yang tidak merasakan lagi kesenjangan ras dan ekonomi yang pernah menyebabkan kerusuhan besar tahun 1969 dan 1972. Anwar dicintai orang yang melek teknologi informasi. Anwar dicintai warga perkotaan dan berpenghasilan tinggi serta para pekerja swasta. Mereka ini bukan orang yang mau terjebak pada isu SARA.
Merdeka Centre menyimpulkan, dia figur yang tidak banyak dikaitkan dengan isu etnis dan agama. Akan tetapi, Anwar dianggap figur demokratis dan lebih memperjuangkan kesamaan hak-hak ekonomi. ”Ini lahan kita. Kita ingin Melayu, India, dan China yang kuat,” kata Anwar.
Ini sedikit berbeda dengan BN, dengan kebijakan yang relatif lebih berpihak kepada bumiputra. Namun, Malaysia adalah salah satu negara sukses di Asia yang telah mampu mengangkat status sosial warganya.