BENGKULUEKSPRESS.COM - Pada bulan November 2024, inflasi Bengkulu tercatat sebesar 0,20 persen, secara bulanan (month-to-month/m-to-m), 0,82 persen secara tahunan (year-on-year/y-on-y), dan 0,49 persen secara tahunan hingga November (year-to-date/y-to-d). Data ini menunjukkan tren inflasi yang relatif stabil, namun tetap dipengaruhi oleh sejumlah kelompok pengeluaran dan komoditas utama.
Kepala Badan Pusat Statistik Pusat (BPS) Provinsi Bengkulu, Win Rizal menyampaikan, penyumbang Inflasi bulanan kelompok dipengaruhi oleh makanan, minuman, dan tembakau yang menjadi penyumbang utama inflasi m-to-m dengan kontribusi sebesar 0,15 persen.
Beberapa komoditas yang paling berdampak lainnya, sambung Win Rizal yakni bawang merah dengan andil 0,11 persen, tomat sebesar 0,05 persen, bawang putih sebesar 0,02 persen, mie dan Sigaret Putih Mesin (SPM) masing-masing sebesar 0,01 persen.
"Inflasi masih terjadi ya dan paling utama penyumbangnya adalah makanan, minuman, dan tembakau. Lalu disusul dengan perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga," kata Win Rizal, Senin (2/12/2024)
BACA JUGA:BPS Bengkulu: Ketenagakerjaan Provinsi Bengkulu Meningkat, Angka Pengangguran Menurun
BACA JUGA:Bank Indonesia Bengkulu Dukung Batik Basurek Sebagai Wastra Nasional
Sementara itu, penyumbang inflasi tahunan dipengaruhi oleh beberapa kelompok seperti kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnyadengan andil 0,33 persen. Komoditas utama di kelompok ini adalah emas perhiasan, menyumbang 0,22 persen.
Lalu Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran dengan andil 0,27 persen. Kontributor terbesar adalah nasi dengan lauk sebesar 0,09 persen dan ayam goreng sebesar 0,04 persen.
Kemudian, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Rumah Tangga menyumbang 0,11 persen. Komoditas utama di kelompok ini adalah kontrak rumah sebesar 0,09 persen.
"Meskipun inflasi secara umum masih dalam kategori terkendali, peningkatan harga pada komoditas tertentu seperti bahan makanan dan jasa menunjukkan adanya tekanan pada daya beli masyarakat, terutama menjelang akhir tahun," pungkas Win Rizal
Kendati demikian, pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan terus memantau pergerakan harga, terutama pada sektor-sektor yang memberikan dampak besar terhadap inflasi, untuk menjaga stabilitas ekonomi hingga akhir tahun.