Pergeseran Fungsi Coffee Shop sebagai Simbol Harmoni Budaya di Era Globalisasi

Rabu 13-11-2024,12:39 WIB
Editor : Rajman Azhar

Globalisasi  sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau worldculture) telah terlihat semenjak lama. Dampak negatif dari globalisasi budaya diantaranya adalah berkembangnya sifat individualis karena masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain. (Donny Ermawan T., M.D.S, 2017)

Masyarakat individualis pada umumnya, cenderung independen dan berorientasi pada diri mereka sendiri. Coffe shop saat ini mampu meleburkan sikap individualis tersebut. Di era globalisasi ini makna dari coffee shop mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Jika dahulu kopi disajikan hanya di warung-warung  pinggiran untuk menemani perbincangan bercanda gurau melepas penat kerja, maka di era globalisasi ini coffee shop menawarkan berbagai macam teknik penyeduhan dengan variant biji kopi yang berasal dari berbagai macam daerah.

Saat ini sudah banyak coffee shop yang menawarkan pengetahuan tentang kopi secara mendalam mulai dari biji sampai teknik penyeduhan, sembari menyiapkan pesanan yang sesuai dengan keinginan pengunjung.  Hal ini menggambarkan bahwa harmonisasi dapat terbentuk dengan secangkir kopi di mana kita dapat berinteraksi tanpa memandang latar belakang ras, suku, dan budaya.

BACA JUGA:Warisan Tradisi dan Nilai-Nilai Budaya Indonesia untuk Generasi Mendatang

BACA JUGA:Menghindari Politik Identitas di Balik Label Putra Daerah dalam Pilkada Bengkulu


Sajian Sunyi, salah satu Coffee Shop di Kota Bengkulu -(ist)-

Perubahan pola penikmat kopi ini terjadi akibat perubahan tujuan dari minum kopi tersebut. Dahulu tujuan orang minum kopi hanya untuk menikmati secangkir kopi dan hanya untuk bersantai. Sedangkan yang terjadi di era millennial ini adalah adanya pergeseran budaya dikarenakan adanya perubahan kebutuhan dari setiap individu dan berkembangnya gaya hidup masyarakat yang lebih mementingkan persaingan antar kelompok maupun individu dari pada kebutuhan yang sebenarnya.( Selvi dan Lestari Ningrum, 2020).

Indonesia meruapakan negara kaya akan beragam budaya dan memiliki penduduk yang berbagai macam baik dari aspek sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan lain sebagainya. Dalam aspek budaya, coffee shop sebagai bagian besar yang berfungsi untuk tempat pusat interaksi sosial (meeting point) yang menyediakan sarana untuk berkumpul, berbincang, menghibur anatara satu dengan yang lainnya, atau menghabiskan waktu luang baik individu atau kelompok anggota sosial.(Lina Maulidatus s, 2021).

BACA JUGA:Adaptasi dalam Komunikasi Antaretnik di Tengah Perbedaan Budaya di Indonesia

BACA JUGA:Fakultas Hukum UNIB Siapkan Generasi Profesional Hukum dan Tangguh lewat Program Praktisi Mengajar

kedai kopi kini menjadi simbol pertemuan antarbudaya, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya dapat bersatu untuk berbagi cerita, bekerja bersama, atau sekadar menikmati waktu santai. Coffee shop, dengan desain yang nyaman dan suasana yang ramah, telah menjadi ruang netral yang memungkinkan individu dari berbagai negara dan budaya untuk saling berinteraksi tanpa batasan formalitas yang menghalangi.


Barista Sajian Sunyi-(ist)-

Budaya minum kopi kini menjadi salah satu budaya paling digemari semua kalangan, khususnya remaja dan dewasa. Menurut National Coffee Association United States tahun 2011, terdapat peningkatan konsumsi kopi harian pada remaja usia 18-24 tahun, yaitu dari 13% menjadi 36% (Assegaf, Tseng, & Mamlukah, 2021).

Selain coffes shop menyediakan ruang terbuka untuk bersosialisasi ada beberapa hal yang melatar belakangi peningktan tersebut seperti, membantu untuk fokus dan merileksasikan diri, tidak jarang juga orang berkumpul bersama teman dan memilih coffee shop untuk menjadi tempat berkumpul , WIFI, salah satu motivasi yang mendorong untuk minum kopi di coffee shop adalah wifi karena kebutuhan akan internet yang semakin tinggi intensitasnya,  Selain itu keberadaan coffee shop banyak digemari juga karena kenyamanan tempat dan konsep yang diberikan oleh pemilik coffee shop itu sendiri. (Farhan Nurikhsan, Webby Salsabila Indrianie, Dini Safitri, 2019).

 
Pengunjung Sajian Sunyi-(ist)-

Di tengah pergerakan dunia yang begitu sibuk dengan hiruk pikuk kesibukan perekonomian, teknologi, sosial dan budaya, coffe shop hadir dengan menawarkan kehangatan dari secangkir kopi, memberikan ruang menarik untuk berhenti  dan bersantai sejenak di tengah kesibukan. cofeeshop  saat ini juga memberikan ruang sosial yang bebas dan nyaman untuk sekedar ngopi dan bercengkrama bersama teman, bahkan bekerja di Coffe shop sudah menjadi sebuah Habit baru saat ini.  Salah satu hal yang memperkuat makna coffee shop di era globalisasi adalah kemampuannya untuk menjadi tempat di mana komunikasi antarbudaya dapat berkembang dengan alami.


Aktivitas di Sajian Sunyi-(ist)-

Dalam coffee shop, meskipun perbedaan bahasa, nilai-nilai, atau kebiasaan tetap ada, kopi dan suasana yang santai memungkinkan interaksi yang lebih terbuka dan ramah. Melalui perbincangan ringan, pengunjung dapat belajar tentang budaya satu sama lain, baik itu dalam hal kebiasaan makan, cara berbicara, atau bahkan pandangan hidup. Kedai kopi menjadi tempat di mana orang dari berbagai latar belakang dapat merasa diterima, bahkan jika mereka datang dari budaya yang sangat berbeda. Ini memperkuat rasa saling pengertian dan memperkaya pemahaman tentang perbedaan,  dan menciptakan keharmonisan antar individu.(**)

Penulis: Maria Ulva
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu Angkatan 15

Kategori :