Kemudian, "Tatwam Asi" yang merupakan salah satu prinsip utama dalam ajaran Hindu yang berarti "Aku adalah Kamu, Kamu adalah Aku."
Tat twam asi mengajarkan agar manusia senantiasa mengasihi orang lain atau menyayangi makhluk lainnya. Bila diri kita sendiri tidak merasa senang disakiti apa bedanya dengan orang lain. Maka dari itu janganlah sekali-kali menyakiti hati orang lain, kalau kita tidak ingin disakiti atau tersakiti oleh manusia lainnya. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan di kawasan tempat tinggalnya. Semua diantara kita ini tahu bahwa berat dan ringan (rwabhineda) itu ada dan selalu berdampingan adanya, serta sulit dipisahkan keberadaanya dalam konteks kehidupan di masyarakat. (Dewi, 2023)
"Tatwam Asi" sebagai prinsip filosofis dalam Hindu berfungsi sebagai landasan untuk mewujudkan moderasi beragama. Dengan menekankan keterhubungan dan kesatuan dalam keberagaman, prinsip ini dapat menginspirasi tindakan dan sikap yang mendukung toleransi, empati, dan kerjasama antarumat beragama, menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan damai.
Konsep Tat Twam Asi sebagai sebuah pemahaman bahwa kehidupan beragama harus dilandasi oleh rasa saling memiliki satu sama lain. Perasaan ini dipupuk melalui tekad, sikap, perilaku, dan tindakan yang menganggap bahwa seluruh makhuk adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. (Adnyana, 2023)
Selanjutnya konsep Tri Hita Karana yang merupakan konsep dalam budaya Bali yang mencerminkan filosofi kehidupan yang harmonis. Istilah ini terdiri dari tiga unsur: Parahyangan (hubungan dengan Tuhan), Pawongan (hubungan antarsesama), dan Palemahan (hubungan dengan lingkungan).
1. Parahyangan (Hubungan dengan Tuhan)
Dalam moderasi beragama, penting untuk memiliki hubungan yang seimbang dan harmonis dengan Tuhan. Hal ini mencakup pengakuan akan kekuatan spiritual yang lebih tinggi, tanpa terjebak dalam ekstremisme sehingga mampu menghargai dan menghormati praktik ibadah orang lain, memahami bahwa setiap agama memiliki cara masing-masing untuk berhubungan dengan Tuhan.
2. Pawongan (Hubungan Antarsesama)
Moderasi beragama mendorong pembentukan komunitas yang saling menghormati dan mengedepankan dialog antaragama. Dalam konteks Pawongan, hubungan yang baik antarindividu sangat penting untuk menciptakan kedamaian, mengembangkan sikap saling peduli dan membantu satu sama lain, terlepas dari perbedaan keyakinan. Ini sejalan dengan prinsip moderasi yang menekankan pentingnya kasih sayang dan toleransi.
3. Palemahan (Hubungan dengan Lingkungan)
Tri Hita Karana juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan. Dalam moderasi beragama, ini berarti menjaga bumi sebagai tanggung jawab bersama semua umat manusia, memahami bahwa keberagaman budaya dan agama adalah bagian dari ekosistem sosial. Menghargai perbedaan dalam agama dan budaya dapat menciptakan lingkungan yang lebih seimbang dan harmonis. Tri Hita Karana sebagai konsep yang mengedepankan keseimbangan dalam hubungan dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan sangat relevan dalam konteks moderasi beragama.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, masyarakat di Desa Air Petai khususnya umat Hindu dapat menciptakan kehidupan yang harmonis, di mana perbedaan dihargai dan kerjasama antarumat beragama terjalin dengan baik.(**)
Md. Amrita Viryandria
Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu Angkatan 15