Hari Gajah Sedunia: Populasi Gajah Menurun, Perambahan Hutan Meluas

Senin 12-08-2024,21:41 WIB
Reporter : Tri Yulianti
Editor : Rajman Azhar

BENGKULUEKSPRESS.COM - Setiap tanggal 12 Agustus di peringati Hari Gajah Sedunia. Di Bengkulu, hari gajah sedunia di peringati dengan berbagai rangkaian, dimulai dengan diskusi, eksplore habitat gajah, hingga penyampaian desakan penyelamatan gajah Seblat.

Koordinator kemah lingkungan memperingati Hari Gajah Sedunia, Suarli Sarim mengungkapkan, pihaknya bersama dengan Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat (KSBAS) Bengkulu menggelar berbagai acara untuk memperingati hari gajah sedunia tersebut.

Kegiatan ini pun dipusatkan di kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat di Bengkulu Utara pada 10-11 Agustus 2024 dengan melibatkan mahasiswa, komunitas, siswa dan organisasi masyarakat sipil.

"Kegiatan ini kita dilakukan demi menyelamatkan gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus) dari kepunahan," ujar Suarli, Senin (12/8/2024).

BACA JUGA:Masa Transisi, DPRD Kota Bengkulu Akan Diketuai Pimpinan Dewan Sementara

BACA JUGA:Pj Walikota dan Ketua DPRD Tandatangani Nota Kesepakatan KUPA-PPAS Perubahan APBD 2024

Dari data yang dihimpun, populasi gajah Sumatera di Bengkulu mengalami penurunan drastis dari 100- 150 tahun 2008 menjadi tidak lebih dari 50 ekor pada tahun 2024 yang tersebar hanya di dua kantong, yaitu kantong Air Rami dan Air Teramang wilayah Bengkulu Utara dan Mukomuko.

Penurunan populasi ini salah satunya akibat kehilangan hutan sebagai “rumah” satwa langka itu sendiri. 

Selama 2020 hingga 2023, Konsorsium Bentang Alam Seblat mencatat ditemukan tiga ekor gajah mati.

Padahal satwa gajah masuk ke dalam daftar merah spesies terancam punah (critically endangered) yang dikeluarkan Lembaga Konservasi Dunia-IUCN. 

Tidak hanya itu, Gajah Sumatera juga masuk dalam satwa dilindungi menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan diatur dalam peraturan pemerintah yaitu PP No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

"Selain menjadi rumah terakhir gajah, bentang Seblat seluas 323 ribu ha juga memiliki fungsi layanan alam bagi kehidupan dan penghidupan rakyat di Kecamatan Putri Hijau dan Marga Sakti Seblat, terutama sebagai sumber air," sambungnya.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan Konsorsium Bentang Alam Seblat, periode 2020-2023, dari 80.978 ha area kunci habitat gajah di Bentang Seblat, seluas 31,1 ribu ha sudah rusak akibat perambahan hutan untuk dijadikan kebun sawit.

"Ini menunjukkan keseriusan menyelamatkan hutan Seblat juga dipertanyakan,” tutup Suarli. (Tri)

 

Kategori :