BENGKULUEKSPRESS.COM - Efek alkohol jangka pendek dapat dirasakan sejak tegukan pertama. Efek pertama yang biasanya muncul adalah pusing dan mual. Namun, semakin banyak minuman beralkohol dikonsumsi, semakin banyak pula efek yang dapat dirasakan dan tentunya perlu diwaspadai.
Alkohol merupakan zat kimia yang bila dikonsumsi dapat memengaruhi setiap bagian tubuh, termasuk otak, tulang, dan jantung. Efek yang ditimbulkan dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Minuman beralkohol yang dikonsumsi akan masuk ke darah melalui dinding lambung dan usus kecil. Selanjutnya, alkohol menyebar ke seluruh bagian tubuh termasuk otak, lalu memperlambat kerja otak serta memengaruhi cara berpikir dan berperilaku.
BACA JUGA:Normalkah Bayi 4 Bulan Belum Bisa Tengkurap?
Efek Alkohol Jangka Pendek
Efek alkohol jangka pendek dapat berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor, mulai dari jenis kelamin, kondisi fisik dan mental, penggunaan obat-obatan tertentu, hingga kondisi kesehatan masing-masing orang. Selain itu, ada pula beberapa faktor yang menyebabkan seseorang lebih mudah merasakan efek alkohol jangka pendek, di antaranya:
- Mengonsumsi minuman beralkohol saat perut kosong
- Memiliki toleransi alkohol yang rendah
- Berusia muda
- Tidak terbiasa mengonsumsi minuman beralkohol
- Memiliki persentase massa otot tubuh yang rendah
Efek alohol jangka pendek terdiri dari 2 jenis, yaitu mabuk (hangover) dan keracunan alkohol. Berikut penjelasannya:
BACA JUGA:5 Olahraga Bersama Bayi yang Bisa Dilakukan di Rumah
Mabuk (hangover)
Efek alkohol jangka pendek yang paling umum adalah mabuk. Sebenarnya, mabuk ini sendiri mengacu pada serangkaian gejala yang terjadi akibat konsumsi minuman beralkohol terlalu banyak. Gejala yang muncul dapat berupa:
- Sakit kepala atau pusing
- Nyeri otot
- Diare
- Mual
- Detak jantung meningkat
- Tekanan darah meningkat
- Penurunan atau susah konsentrasi
- Gemetar
- Depresi dan gangguan mood
- Gelisah
BACA JUGA:Ini Dia Tanda Bayi Mengalami Stimulasi Berlebihan
Beragam gejala mabuk ini dapat dirasakan jika Anda mengonsumsi alkohol sebanyak 1–12 unit. Namun, sulit untuk memprediksi berapa banyak minuman beralkohol yang dikonsumsi setiap orang hingga menyebabkan mabuk. Unit alkohol yang tinggi memiliki efek depresan yang membuat Anda mengantuk. Selain itu, koordinasi tubuh juga terganggu sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan.
Keracunan alkohol
Mengonsumsi banyak minuman beralkohol dalam satu waktu terkadang dapat memicu keracunan alkohol. Kondisi ini merupakan keadaan darurat, karena dapat mengancam jiwa. Ada beberapa tanda seseorang keracunan alkohol, di antaranya:
- Muntah
- Kejang
- Merasa kebingungan
- Pernapasan lambat atau tidak teratur (kurang dari 8 kali napas per menit)
- Kulit tampak pucat atau berwarna biru
- Sulit untuk tetap sadar atau pingsan
- Suhu tubuh rendah (hipotermia)
BACA JUGA:Apa yang terjadi Jika Tubuh Kelebihan Protein
Keracunan alkohol juga dapat mengganggu fungsi tubuh, bahkan koma dan kematian. Biasanya, kasus keracunan alkohol ini terjadi jika seseorang mengonsumsi minuman beralkohol lebih dari 12 unit. Tak hanya itu, efek alkohol jangka pendek juga dapat memicu perilaku seks berisiko, kekerasan terhadap orang lain, atau keguguran pada wanita hamil.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa efek alkohol jangka pendek dapat ditentukan berdasarkan unit alkohol yang dikonsumsi. Satu unit alkohol setara dengan 10 mililiter atau 8 gram alkohol murni, yaitu rata-rata alkohol yang dapat diproses dalam tubuh orang dewasa dalam satu jam.
Satuan unit ini juga dapat ditentukan dengan perhitungan persentase alkohol murni dalam minuman (ABV) dan seberapa banyak minuman beralkohol yang Anda konsumsi dalam satuan mililiter. Berikut ini adalah rumus perhitungan unit alkohol:
Persentase alkohol murni (ABV) x volume (ml) ÷ 1.000 = unit
BACA JUGA:HP Atlet PPLP Bengkulu Hilang di Dasbor Motor, Terduga Pelaku Terekam CCTV
Untuk 330 mililiter minuman beralkohol atau setara dengan 1 kaleng bir, dengan ABV 5 persen, perhitungannya adalah sebagai berikut:
5 x 330 ÷ 1.000 = 1,65 unit
Karena unit alkohol dapat menyebabkan efek alkohol jangka pendek, pastikan Anda selalu mengetahui volume dan persentasi alkohol murni (ABV) yang dikonsumsi.
Cara Mengurangi Efek Alkohol Jangka Pendek
Gejala mabuk akibat konsumsi minuman beralkohol bisa berlangsung selama 24 jam atau lebih. Untuk mengurangi mabuk (hangover), ada beberapa tips yang dapat Anda coba, yaitu:
- Minum air atau jus buah agar terhindar dari dehidrasi.
- Konsumsi camilan untuk menenangkan perut, seperti roti atau biskuit.
- Tidur yang cukup lama untuk menghilangkan efek mabuk.
BACA JUGA:Disimpan dalam Laci Kantor, Uang Rp11 Juta Lebih Milik Kemensos Balai Dharma Raib
Konsumsi obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau aspirin , untuk meredakan sakit kepala. Hindari mengonsumsi obat sakit kepala yang mengandung paracetamol saat mabuk karena berisiko menyebabkan kerusakan liver. Namun, jika seseorang menunjukkan gejala keracunan alkohol, segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat. Jangan memaksanya untuk muntah, karena hanya akan membuat dirinya tersedak. Untuk mencegah tersedak saat muntah, miringkan kepala dan letakkan bantal di bawah kepalanya.
Sebenarnya, cara terbaik untuk mengurangi efek alkohol jangka pendek adalah dengan tidak mengonsumsi minuman beralkohol sama sekali atau minum secukupnya. Batasi asupan minuman beralkohol tidak lebih dari 14 unit alkohol per minggu. Jumlah tersebut setara dengan 6 liter bir atau 10 gelas kecil anggur. Namun jika belum pernah mengonsumsi minuman beralkohol, Anda sebaiknya tidak mencobanya dengan alasan apa pun.
BACA JUGA:Kapolres Mukomuko Tegas: Stop Bakar Lahan Gambut, Cegah Kebakaran di Musim Kemarau
Penting untuk memantau konsumsi minuman beralkohol Anda. Karena jika berlebihan, konsumsi minuman beralkohol tak hanya memicu efek alkohol jangka pendek, tetapi juga efek alkohol jangka panjang, seperti gangguan kesehatan mental, diabetes, impotensi, demensia, hingga sirosis hati. Jika kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol justru membuat Anda menjadi kecanduan, segeralah konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan saran yang tepat tentang bagaimana cara menghentikannya.(**)