Kronologis kejadian Hari Kamis (28/3) lalu, Fitri berdinas seperti biasa di kantornya. Sekitar pukul 09.30 WIB, ia ditelepon oleh seseorang yang belum diketahui identitasnya. Orang ini mengabarkan keponakan Fitri, bernama Dicky sedang kritis di RSUD M Yunus. \"Kata pria itu keponakan saya mengalami pendarahan telinga dan geger otak karena ditabrak mobil. Waktu itu pelaku bilang rumah sakit belum memiliki alat yang memadai untuk merawat korban.
Sehingga dia meminta saya mentransfer uang sejumlah Rp 11 juta untuk menyewa alat tersebut. Bila tidak, keponakan saya akan mati, tentu saja saya panik dan langsung ingin mentransfer uang itu,\" kata Fitri kepada wartawan media ini usai kejadian.
Saat itu, lanjut Fitria yang terpikir olehnya hanyalah menyelamatkan Diki. Ia tak mau terjadi apa-apa pada keponakan tercintanya itu. Terlebih Dicky baru saja kehilangan ayahnya yang meninggal belum lama ini. Awalnya Fitri sangat yakin dengan kebenaran informasi dari pelaku tersebut. Betapa tidak pelaku sangat mengetahui identitas keponakannya, yang bersekolah di SDN 11 Malabro itu.
Bahkan pelaku juga mengetahui banyak mengenai informasi medis di Kota Bengkulu. Karena sangat yakin dengan penjelasan pelaku, akhirnya korban mendatangi Mesin ATM di Kantor Cabang Bank Mandiri, Jalan S Parman. Ia pun bermaksud langsung mentranferkan uang Rp 11 juta ke rekening pelaku.
\"Tuhan masih menyelamatkan uang saya, dksaat saya tinggal memencet tombol Ya untuk menyetujui pentransferan uang itu, adik saya Rudi menelepon. Ia memberitahu jangan mentransfer uang sesen pun kerekening itu. Adik saya itu yakin saya hendak dijadikan korban oleh kawanan penipu bermodus anak kritis seperti kasus yang pernah adik saya jumpai ketika menjalani profesinya sebagai wartawan di lingkungan Polda Bengkulu. Begitu menerima telepon itu, saya langsung membatalkan transfer uang itu,\" tutur Fitri.
Masih dalam keadaan panik, Fitri segera meminta adiknya untuk memeriksa Dicky di sekolahnya. Setelah dicek ternyata Dicky dalam kondisi baok-baik saja di sekolahnya. \"Ketika saya mendengar Dicky baik-baik saja, saya lega,\" imbuhnya.
Setelah tenang, adik Fitri mewakili kakaknya melapor ke Mapolda Bengkulu. Laporan itu dibuatnya untuk membantu kepolisian mengungkap jaringan penipu dengan modus anak kritis tersebut. Selain itu untuk menjadi pelajaran bagi warga lainnya. Agar jangan mudah percaya bila ditelepon sesorang, yang mengabarkan ada anggota keluarga yang kritis di rumah sakit.
Kepala Bidang Humas Polda Bengkulu AKBP Hery Wiyanto SH membenarkan telah menerima laporan ini. Dijelaskannya, penipuan dengan modus ini sudah berlangsung cukup lama. Ia mengaku polisi kesulitan membongkar jaringan penipu ini. Karena mereka beroperasi diwilayah yang jauh dari sasarannya. \"Mereka itu bisa berada di Medan atau di Jawa. Sulit untuk mengungkapkannya. Kami mengapresiasi laporan ini guna membantu penyelidikan yang telah kami lakukan sebelumnya,\" tukasnya.
Hery juga menghimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada ketika mendapatkan informasi mengenai keluarganya yang mengalami kondisi kritis di rumah sakit. Ia berharap agar masyarakat yang mendapatkan informasi seperti hal tersebut dapat mengecek terlebih dahulu kebenarannya sebelum mengambil langkah-langkah selanjutnya seperti mentransfer uang dan lain sebagainya. (009)