20 Tahun Mengabdi, Hak Mengajar Dicabut

Jumat 22-03-2013,14:22 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Nasib Juhirin, Guru SDN 65 yang menampar sebanyak 29 siswa kelas IV berakhir pilu. Betapa tidak Juhirin alias Jirex dilaporkan orangtua siswa ke polisi hingga ia harus mendekam di penjara selama 12 hari.

Ia pun kehilangan hak mengajarnya di sekolah.  Padahal Juhirin merupakan guru senior. Ia telah mengabdi  20 tahun lamanya sebagai guru.

Nasib naas ini dialami Juhirin karena sebagai guru senior ia masih menerapkan pola mengajar yang tegas dan kekerasan.

  Setiap siswa yang tidak mengindahkan perintahnya diperlakukan dengan kekerasan.  Juhirin tetap mempertahankan pola mengajar yang keras itu.

Baginya cara tersebutlah yang terbaik dalam mengajar. Sementara pola mengajar ini telah berubah dan mendapat tentangan dari orangtua dan masyarakat.

Kini Juhirin harus bersiap menerima ditugaskan di SDN 89.

Beredar informasi kalau Juhirin bakal menjadi Staff Perpusatakaan di sekolah ini.

Juhirin mengibaratkan sistim pendidikan telah terbagi 2, zaman lama dan zaman baru. Seperti Apa Juhirin Menyikapi  Nasib Yang Ia Alami ? Berikut Laporannya

                                                                                                                                                                               

Airullah Syekhdi,

Kota Bengkulu                                                                                                                                                                               

\'\'Kalau zaman lama murid takut dengan guru. Sedangkan zaman baru, guru takut dengan murid,\'\' katanya. Juhirin menjelaskan maksud pernyataannua itu, zaman lamah murid dipukul guru, kalau mengadu ke orang tuanya maka bisa tambah kena pukul oleh orangtuanya.

Karena orangtua yakin kalau guru sampai memukul atau memberikan hukuman lainnha, pasti ada kesalahan yang dilakukan anaknya. Dizaman lama guru sangat percaya dengan guru dalam mendidik anaknya. Namun kalau kini kalau guru memukul siswa, justru guru yang dilaporkan orangtua ke polisi hingga di penjara.

\'Kalau dulu anak dipukul guru ngadu ke orangtua tambah sansai atau menangung. Kini di zaman baru murid dipukul guru ngadu ke orang tua, guru yang meresai atau saro. Contoh seperti saya, saya mukul murid saya masuk penjara selamah 12 hari,\"ujur Jirex dengan gaya homorisnya.

Sikap mengajar dengan pola tegas yang diterapkan Juhirin pada muridnya, ia dapatkan dari didikan ayahnya. Sewaktu kecil Juhirin buah hati  pasangan Syamsiah dan Badrun ini dididik oleh orantuanya dengan sistem semi militer. Ayahnya meskipun petani mendidik Juhirin dan ke-5 saudaranya yang lain dengan keras.

Setiap ada kesalahan sedikit saja, pasti Juhiirn dan kakaknya kena pukul. Rupanya pola ini terbawa hingga Juhirin dewasa dan menjadi guru. \" Saya emang didik oleh orang tua saya semi militer, tapi saya belum pernah kena tampar bapak saya. Sebab saya sering lari dan bersembunyi kalau bapak saya mau mukul, yang sering kakak saya kena pukul,\'\' ungkap Juhirin.

Juhirin dilahirkan di Kabupaten Lahat 10-08-1966. Sewaktu keci dia sekolah SD Persiapan Negeri desa Air Kelinsar Emapat Lawang Kabupaten lahat 1980. Setelah ia tamat SD  Juhirin melanjutkan sekolah di SMP Idhata di kelurahan Kebun Menanga kota Bengkulu, tahun 1983, setelah itu ia melajutkan pendidikan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Muhammadiya kota Bengkulu tahun 1987.

Kemudiansetelah selesai dari SPG ia mengajar SDN 4 Pondok Besi kecamatan Teluk segara sungai serut kota Bengkulu tahun 1988. \'\'Setelah  tahun mengajar di SDN 4, saya mintak pindah dari Diknas . Ditahun 1988 saya menerima SK mutasi dipinitik ke SDN 65 kota Bengkulu kecamatan Teluk Segara,\'\' katanya.

Juhiirn mengajar menjadi guru kelas selama 10 tahun lamanya, dan 5 tahun belakangan ia aktif sebagai guru bidang studi dan Perpustakaan.Pertama kali ia mengajar di SDN 4 Pondok Besi. \'\'SK pertama kali saya jadi guru tahun 1988, dan baru pada tahun 1998 saya mengajar di SDN 65,\"ungkap Jirex Juhirin yang menikahi Nurmi Zana (46) dan dikaruniai anak tiga, anak pertama bernama, Al Amin (16) sekolah SMK 1 kelas 1, Umi Alhasana (12) sekolah di SDN 65 kelas 6, dan yang terkhir Disthreeana (6) yang masih sekolah TK.

Menurut Nurmi Zana istri Juhirin mengungkapkan, Juhirin adalah suami yang homoris dan dan tegas, ia mendidik anak-anak kadang keras kadang tidak. \"Suami saya itu orang nya homoris, kalau dia lagi serius tidak bisa main-main. Waktu ia ditahan saya sering nangis,\'\' katanya.(**)

Tags :
Kategori :

Terkait