BENGKULUEKSPRESS.COM - Hadirnya media sosial sebagai media dalam memudahkan berbagai aktifitas, sudah menjadi realitas keseharian. Hal ini juga berlaku bagi orang yang hendak kirim al-Fatihah atau doa.
Biasanya kalau ada kabar duka orang meninggal dunia di grup Whatsapp, dalam hitungan detik setelah kabar duka muncul, langsung disambut balasan doa dan al-Fatihah dalam bentuk stiker atau teks yang sepertinya sudah di-save dan tinggal copy-paste saja.
BACA JUGA: Ini Dia 12 Arti Letak Tahi Lalat Menurut Primbon Jawa
Anehnya kadang hanya mengirim stiker atau teks doa tersebut, (mungkin) banyak yang tidak membaca do'a atau membaca al-Fatihah atau lupa melafalkannya.\
Dalam pandangan agama Islam, bagaimana hukum mengirim stiker semacam ini? Apakah doa dengan cara demikian akan sampai kepada orang yang wafat?
Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, Dr KH Fuad Thohari MA menjelaskan, doa yang dikirim untuk orang yang sudah meninggal bisa sampai dan bermanfaat untuk mayit. Akan tetapi apabila doa-doa tersebut hanya berbentuk stiker atau teks bacaan tanpa diucapkan terlebih dahulu sebelum dibagikan, maka tidak dikatakan sebagai doa dan tidak ada manfaatnya bagi mayit.
BACA JUGA:Doa Memiliki Keturunan Sholih Sholihah, Ijazah dari Kiai Hamid Pasuruan
"Kalau langsung copas (copy paste) stiker tapi lisan tidak mengucapkan, ini tidak bermanfaat. Sebelum di-share dibaca dahulu dalam hati, diikuti dengan gerakan lisan," kata Kiai Fuad.
Tak hanya saat ada berita duka, banjir stiker juga biasanya terjadi saat ada kabar membahagiakan seperti ulang tahun, promosi jabatan, dan sebagainya. Ada stiker bertuliskan "selamat", "mubarak", dan lainnya.
Sementara, bila ada berita teman atau anggota grup sakit, langsung bertebaran stiker doa atau ucapan yang berakar kata syafaa (semoga Allah menyembuhkan), yang seringkali penulisan dhomir (kata ganti)-nya salah.
BACA JUGA:Sering Marah? Ini Cara Rasulullah Mengendalikan Marah
Misalnya, mendoakan kawan atau saudara laki-laki yang sakit dengan membagikan stiker bertuliskan, syafaakillah. Sementara kawan perempuan yang sakit, malah dikirim doa atau stiker bertuliskan syafaakallah.
"Tampaknya karena buru-buru atau tidak mengerti, doa dalam stiker yang dikirim tidak dibedakan, apakah yang sakit itu laki-laki atau perempuan," kata Kiai Fuad.
Penggunaan stiker untuk dhomir mukhatabah, dhomir ghoib mufrad mudzakkar, atau dhomir ghobah mufrad muannats, mestinya menyesuaikan peruntukkannya sesuai kaidah gramatika Arab (ilmu Nahwu).
BACA JUGA:Penting! Zikir Akhir Salat Sebelum Salam, Pesan Gus Baha