Berangkat ke Bandung. Tenggang waktu antara pemberitahuan yang diterima lchwan dengan batas akhir registrasi peserta kursus relatif sempit, hanya beberapa hari saja. Keterbatasan waktu inilah yang membuat ia dengan berat hati terpaksa tidak sempat pulang ke Mukomuko untuk berpamitan kepada kedua orang tua, saudara dan handai taulan di kampung halamannya. Ia hanya sempat berkirim surat saja kepada mereka. Namun demikian, Ichwan cukup berbesar hati karena sempat berpamitan dan mohon do’a restu langsung kepada bibi dan pamannya di Prabumulih. Bibinya yang selama ini tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan dorongan moril terlebih lagi materi kepada lchwan, satu sisi merasa senang, bangga dan haru dengan keberhasilan keponakan kesayangannya ini. Di sisi lain ia sangat sedih karena harus merelakan kepergian sang keponakan, yang jauh, lama tak kembali demi menggapai cita-citanya yang luhur. Selamat jalan keponakan tercinta .... , selamat tinggal bibi. Walaupun Ichwan sudah cukup dewasa dan bisa menjaga dan membela dirinya, tapi bagi Bapak indekosnya tetap saja ada kekhawatiran akan terjadi hal- hal yang menghambat, baik dalam perjalanan maupun disaat tiba di Bandung kelak. Maklum, lchwan baru pertama kali ini pergi ke Jawa. Untuk mengantisipasi hal tersebut, kebetulan Bapak indekos mempunyai saudara di Bandung, dan Ichwan disarankan untuk langsung menuju alamat saudaranya tersebut begitu tiba di Bandung. Alamat lengkap dan surat yang berisi penjelasan tentang siapa dan apa tujuan orang yang membawa surat tersebut sudah dipersiapkan oleh Bapak Indekos. Bagi Ichwan sendiri sebenarnya surat seperti itu tidak diperlukan, karena walaupun seumur hidupnya belum pernah menginjakkan kakinya di pulau jawa, tapi rasa percaya diri. Kebulatan tekad dan keteguhan hatinya dengan sendirinya telah mengusir jauh-jauh rasa ragu, khawatir dan takut dari dirinya. Akan tetapi untuk menghormati Bapak indekosnya tersebut, surat itu dengan senang hati ia terima dan membawanya pergi ke Bandung. Dengan bekal seadanya, suatu hari Ichwan berangkat meninggalkan Palembang dengan menggunakan Kereta Api menuju stasiun Panjang Bandar Lampung. Di Panjang, terdapat pelabuhan laut yang menghubungkan pulau Sumatera dan pulau jawa. Dari pelabuhan Panjang inilah Ichwan untuk kali pertama dalam hidupnya menyeberangi laut selat Sunda menuju Pelabuhan Merak pulau Jawa. Sesampainya di pelabuhan Merak, Ichwan langsung melanjutkan perjalanan menuju Bandung via angkutan umum berupa Colt Superbenz. Karena tiba di Bandung pada malam hari, tidak memungkinkan bagi lchwan untuk mencari alamat saudara Bapak lndekosnya di kota yang sama sekali masih asing baginya. Maka Ichwan meminta kepada sopir kendaraan yang ditumpanginya untuk mengantarkannya ke penginapan terdekat yang tarifnya murah. Tidak sulit bagi sopir untuk memenuhi permintaan lchwan, karena ia tahu persis seluk beluk Kota Bandung. Tidak lama mencari, akhirnya sopir memberhentikan kendaraannya tepat di depan hotel. Ichwan tidak bisa melupakan kebaikan sopir kendaraan yang ia tumpangi ini. Setelah tiba di hotel, si sopir tidak lantas meninggalkannya, tapi tetap menunggu sampai ada kepastian apakah masih ada kamar kosong yang murah seperti yang diinginkan Ichwan. Ichwan sempat kebingungan setelah recepsionis mengatakan bahwa kamar sudah terisi semua. Karena sudah terbiasa menghadapi persoalan dan selalu berhasil dengan selamat menghadapi dan mengatasinya, sepelik apa pun persoalannya, maka dengan cepat lchwan memutar pikirannya, lalu memohon kepada receptionis untuk mengizinkannya tetap menginap di sana, sekali pun di emperan hotel. Setelah mendapat lampu hijau dari receptionis, barulah sopir itu membantu Ichwan menurunkan barang bawaannya dan pergi meninggalkan hotel. Pengalaman unik yang tidak mungkin terlupakan lchwan sepanjang hidupnya terjadi di hotel ini. Receptionis mungkin merasa iba menyaksikan sosok pemuda berperawakan pendek dan kecil ini terseok-seok membawa barang bawaannya yang cukup berat turun dari kendaraan. Di wajahnya terlihat jelas raut muka keletihan karena menempuh perjalanan jauh, maka receptionis mempersilahkan lchwan untuk tidur di gudang. ltulah yang bisa diberikan oleh receptionis, karena memang seluruh kamar benar-benar sudah terisi semua. Dengan senang hati Ichwan menerima tawaran tersebut. Daripada tidur di emperan hotel, disamping akan menjadi santapan nyamuk dan dinginnya angin malam, juga pasti akan merusak pemandangan. Meskipun di gudang, Ichwan tidur pulas sampai pagi karena keletihan.(bersambung)
Ichwan Yunus Mulai Bekerja dan Tugas Belajar (bagian 4)
Rabu 13-03-2013,09:22 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :