Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama menuturkan, pasien Tuberkulosis (TB) rata-rata masyarakat berpenghasilan rendah atau miskin.
\"Pasien TB lebih banyak dijumpai pada populasi miskin dan termarjinalkan,\" kata Tjandra pada diskusi \"Tuntaskan Pengobatan TB Selama 6 Bulan agar Terhindar dari TB-MDR\" Senin (11/3).
Tjandra mengatakan, TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. TB umumnya menyerang paru-paru atau organ tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar, atau kulit.
Menurutnya, TB dapat membuat pasien dan keluarganya bertambah miskin. Hal tersebut disebabkan harga obat TB yang cukup mahal. \" Padahal obat untuk TB pada 6-8 bulan pertama bisa didapatkan gratis di Puskesmas,\" katanya.
Tjandra mengungkapkan, jumlah kasus baru TB per 100.000 penduduk pada tahun 1990 berjumlah 343 dan pada 2010 menjadi 189. Sedangkan prevalensi TB (jumlah kasus baru dan kasus lama pada tahun tersebut) per 100000 penduduk pada 1990 berjumlah 443 dan pada tahun 2010 menjadi 289. \"Artinya penanganan TB relatif menurun.\"
Pengentasan TB baik, lanjut Tjandra, tidak hanya dengan pemberian obat kepada penderita saja, tapi perlu dikaitkan dengan pengentasan kemiskinan. \"Pengendalian TB yang baik tidak akan berhasil tanpa pengentasan kemiskinan dan pengentasan kemiskinan tidak akan berhasil tanpa pengendaluan TB yang baik,\" ujar Tjandra.(esy)