BENGKULU, BE - Sejak 2 minggu terakhir, pasokan solar ke SPBU di Kota Bengkulu, dikurangi 50 persen. Hal ini menyebabkan antrean panjang hampir di semua SPBU.
\"Kita tidak tahu penyebabnya. pengurangan ini sudah terjadi sekitar 2 minggu,\" terang Zulian, pengawas SPBU Bumi Ayu. Menurut Zulian biasanya dalam sehari mereka mendapat kiriman sebanyak 32 kilo liter solar. Namun kini mereka hanya mendapat 16 kilo liter. Dan dalam waktu 4 jam, solar tersebut telah habis.
Hal senada juga dikatakan Pengawas SPBU Pagar Dewa, Todi. Solar yang mereka terima setiap harinya berkurang 50 persen. Jika sebelumnya mereka dalam sehari mendapat kiriman 16 kilo liter, saat ini hanya mendapat 8 kilo liter.
\"Kami juga tidak tahu, kenapa suplai solar ke SPBU berkurang. Apakah ada keterkaitan dengan BBM non subsidi atau tidak,\" terang Todi.
Menurut Todi, masih banyak truk batu bara yang mengisi solar di SPBU Pagar Dewa, namun mereka tidak bisa berbuat banyak, karena mereka memang belum ditempelkan stiker. Dan justru mobil yang menggunakan stiker tidak pernah mendatangi SPBU Pagar Dewa, meskipun mereka menjual solar non subsidi yaitu Pertamina Dek. Selain truk yang menggunakan stiker, mobil tangki CPO pun tak pernah masuk.
\"Sejak ada peraturan tersebut mobil CPO tidak pernah masuk lagi ke sini, begitu juga truk yang sudah ditempel stiker, tidak perah datang,\" tambah Todi.
Meskipun solar langka, kata Todi, namun penjualan Pertamina Dek di SPBU Pagar Dewa tidak mengalami peningkatan. Paling banyak seharinya hanya habis 100 liter, itupun biasanya dibeli oleh mobil RSUD M Yunus.
Baik Todi maupun Zulian mengatakan, dampak dari pengurangan stok BBM ini berdampak pada pendapatan SPBU yang ujungnya akan berdampak pada karyawan juga. \"Kalau gaji tidak masalah, karena kami sudah mengikuti ketentuan gaji yang berlaku, namun nantinya akan berdampak pada bonus yang akan kami terima,\" ujar Todi.
Namun yang terkena dampak dari pembatasan BBM Subsidi ini adalah para sopir. Baik sopir truk batu bara maupun sopir-sopir lainnya, salah satunya adalah Arifin (26) salah seorang sopir ekspedisi. Menurut Arifin, biasanya dalam sehari ia bisa keliling Kota Bengkulu sebanyak 2 kali untuk mensuplai air kemasan di Kota Bengkulu. Namun sejak dikuranginya BBM ini, ia hanya bisa sekali saja.
\"Otomatislah ada pengurangan pendapatan apalagi gaji kami dihitung berdasarkan jumlah yang diantar, semakin dikit diantar, maka gaji kami akan sedikit,\" ungkap Arifin.
Hal senada juga dikeluhkan sopir truk batu bara, karena biasanya mereka bisa mengangkut batu bara satu kali dalam sehari, namun karena antrean tersebut mereka hanya bisa mengangkut 2 hari sekali. Dan sama dengan yang lainnya mereka juga mengalami kerugian. \"Kami mau saja menggunakan BBM non subsidi, namun harus disesuaikan juga dengan biaya operasi kami,\" terang salah seorang sopir truk, Ersal.
Sementara itu Sales Represantatif Depo Pertamina Bengkulu, Misbah Bukhori saat dihubungi mengatakan, antrean solar terjadi akibat pengendalian suplai BBM solar non-subsidi ke SPBU.
Menurut Misbah setelah diterapkannya Permen ESDM tentang penggunaan BBM non subsidi untuk angkutan pertambangan dan perkebunan, maka kuota yang mereka salurkan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat Bengkulu.
Namun kendalanya masih banyak truk pertambangan maupun perkebunan yang masih menggunakan solar subsidi, sehingga terjadi antrean yang panjang.
\"Kami asumsikan setelah penerapan Permen ESDM, maka kuota BBM subsidi yang kami salurkan cukup untuk kebutuhan Bengkulu. Karena angkutan pertambangan dan perkebunan sudah tidak menggunakan solar subsidi,\" terang Misbah.
Menurut Misbah pengendalian ini akan terus mereka lakukan hingga akhir tahun, karena mereka belajar dari tahun sebelumnya. Daripada solar habis sebelum akhir tahun seperti yang terjadi pada tahun 2012 lalu, maka mulai sekarang mereka akan mengendalikannya. (251)