Sang Primadona yang Terpinggirkan

Minggu 03-03-2013,11:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Delman Riwayatmu Kini Jika dahulu delman di Kota Bengkulu menjadi primadona karena merupakan alat angkutan murah meriah dan bebas polusi, berbeda dengan kini. Jumlahnya yang dahulu ratusan, kini hanya sekitar 20 unit lagi. Maklum keberadaan delman kini mulai ditinggalkan. Banyaknya pengguna sepeda motor dan murahnya tarif angkutan umum membuat eksistensi delman di Bumi Rafflesia berada di ujung tanduk. Airullah Syekhdi, Kota Bengkulu Usman (54), salah satu Ketua Delman di Kota Bengkulu berkisah, jika di era tahun 1980 hingga 1990-an, dia sempat berjaya dengan profesinya sebagai kusir delman. Namun kini kondisi tersebut justru berbalik. Penghasilannya dulu bisa mencapai Rp 30 ribu - Rp 40 perhari, kini hanya mampu mendapatkan Rp100 ribu - Rp 200 perminggu. \"Kalau dulu ramai sekali, tapi sekarang delman cuma beroperasi hari Minggu saja. Kalu bukan hari libur, para kusir delman mana dapat duit,\" ujarnya.   Usman sudah menjalani pekerjaan sebagai kusir delman selama kurang lebih 20 tahun, dan sudah mengganti kudanya sebanyak 5 kali, dengan harga sekitar Rp 5 juta/ekor.   Dahulu para kusir delman biasa mangkal di sekitar Pantai Panjang Bengkulu dan di sekitar Pasar Minggu. \"Kalau untuk di Pasar Minggu sekarang delman gak bisa hidup lagi, kalah sama ojek. Jadi hanya mangkal di Pantai Panjang,\" tambahnya.   Meski menarik delman tidak lagi cukup menghasilkan uang, Usman terpaksa menggeluti pekerjaan itu. Sebab dari delman-lah dia bisa menghidupi keluarganya. \"Kadang isteri membantu menjadi tukang cuci untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,\" ungkapnya.   Diakhir cerita, Usman berharap Pemkot atau Pemprov Bengkulu membuatkan jalan khusus untuk delman di kawasan Pantai Panjang. \"Kendalanya sekarang pantai sudah mau didam/disemen, sehingga membuat delman tidak bisa ke dekat pantai,\" harapnya.(cw5)

Tags :
Kategori :

Terkait