Nelayan Kaur Terdampak Harga Benur Anjlok

Jumat 04-12-2020,20:10 WIB
Reporter : Novri Enyeng
Editor : Novri Enyeng

BINTUHAN,bengkuluekspress.com- Aktivitas penangkapan dan jual beli baby lobster (BBL) di Kabupaten Kaur hingga kini masih berlangsung miskpun Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo telah diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu. Miskupun pgkapan terus berlangsung, namun pengaruhnya terasa terhadap harga beli dan permintaan benur di Kabupaten Kaur. Dimana dalam satu minggu terakhir ini harga jual BBL atau benur anjlok hingga 50 persen lebih. Kamis (3/12), dari tangan nelayan pengepul hanya bersedia membeli dengan harga Rp 8.000 per ekor. Padahal beberapa minggu sebelumnya sempat melambung, dimana untuk BBL Rp 12ekor untuk benih lobster jenis pasir dan Rp 20 ribu per ekor ekor benih lobster jenis mutiara. “Sejak ekspor benur ini ditutup harga benur ini anjlok, kita ngambil dinelayan sekarang hanya Rp 8.000, karena kini kita binggung tidak ada yang beli karena ekspor benur ini ditutup,”kata Masdi (53), salah satu pengepul benur perwakilan PT Dua Putra Perkasa Pratama di Desa Pasar Lama Kecamatan Kaur Selatan Kabupaten Kaur saat ditemui wartawan BE dirumahnya, Kamis (4/12).

Dikatakan Masdi,semenjak penutupan sementara waktu ekspor benur yang dalam Surat Edaran Nomor: B.22891/DJPT/PI.130/XI/2020 tentang penghentian sementara penerbitan surat penetapan waktu pengeluaran (SPWP) BBL pada 26 November 2020 lalu, akitvitas nelayan Kaur menangkap benur mulai sepi dan nelayan banyak kembali ke profesi menangkap ikan. Biasanya Masdi sebagai pengepul itu dalam sehari ia bisa membeli benur dari nelayan sampai dua ribuan ekor. Atau sekali kirim bisa mencapai di atas 10 ribu ekor benih bening lobster (BBL). “Sekarang ini benur belum musim dan kalau musim itu bisa 2 ekor dalam sehari kita dapat dari nelayan. Kalau sekarang ini lagi sepi dan juga nelayan banyak tidak nangkap lagi karena harganya juga murah. Juga kita sebagai pengepul kebingungan karena yang beli dari Jakarta itu belum ada lagi,”ujarnya. Benur Lebih Menjanjikan Nelayan

Sementara itu pascara dilegalkan penangkapan dan jual beli BBL hampir 70 persen nelayan Kaur beralih menjadi penangkap benur. Dimana ini ketika keran ekspor benih lobster dibuka oleh Menteri KKP yang membuat para nelayan Kaur menyambut kebijakan tersebut dengan gembira. Sebab nelyana Kaur sudah ada sekitar 678 mendapatkan kartu Pengenal Nelayan Penangkap Benih Bening Lobster (KTP-NPBBL) yang sudah diterbitkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Kaur. Ketika keran ekspor benih lobster dibuka oleh Menteri KKP, para nelayan Kaur menyambut kebijakan tersebut dengan gembira. “Kemarin waktu harga benur lagi mahal banyak nelayan nangkap, tapi sekarang mulai sepi ini karena harganya turun dan sebagian banyak cari ikan nelayan. Kalau musim kemarin-kemarin itu banyak kita dapat biasanya ratusan benih lobster, semalam itu kita dapat Rp 3 juta, tapi kalau kini 1 juta juga sudah susa,”ujar Gilang (22), nelayan Pasar Lama saat menjual BBL ke pengepul benur, Kamis (4/12).

Dikatakannya, diminta untuk mencari ikan saat ini sudah mulai susah. Sehingga banyak penangkapan benih lobster dan menjadi mata pencaharian para nelayan diwilayah dan sekaligus menjadi tumpuan ekonomi nelayan. Sebab menangkapnya tak membutuhkan biaya operasional yang tinggi, tak perlu jauh melaut, alat tangkapnya juga sangat sederhana. Hanya menggunakan waring kecil yang dikarang-karang dan lat tangkap ini juga hanya dilepas malam hari ditengah lalu dan paginya baru diangkat. “Kami nelayan nelayan merasa sangat terbantu dengan penangkapan benur ini dan kalau biasanya main kucing-kucingan, tapi sekarang sudah legal. Tapi kita sekarang ini sedang malas cari karena ekspor benur ini ditutup dan kami cari ikan dulu,”ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kaur Edwar Heppy melalui Kabid Pemberdayaan Nelayan dan Budidaya Miti Suryani mengakui dari dari 1.000 lebih nelayan Kaur, 678 nelayan sudah mengantongi kartu Pengenal Nelayan Penangkap Benih Bening Lobster. Sedangkan Ketujuh perusahaan tersebut yakni CV Mardeka, PT. Global, PT. Batra Damai, PT. Dua Putra Pratama, PT. Royal Samudra, PT. Bahari Kencana dan PT. Tania. Semuanya sudah menyampaikan izin ke Dinas Perikanan Kaur. Sedangkan perusahaan yang telah memiliki izin untuk melakukab kerjasama dengan nelayan dan koperasi di Kabupaten Kaur untuk menjual BBL ada tujuh perusahaan di Kaur ini, yakni yakni CV Mardeka, PT. Global, PT. Batra Damai, PT. Dua Putra Pratama, PT. Royal Samudra PT. “Untuk aktivitas beberapa perusahan yang ngambil benur di Kaur ini tutup sementara karena ekspor benur ini ditutup. Untuk nelayan Kaur sebagian masih cari benur dan memang harganya turun karena perusahaan yang mau beli beli benur itu belum berjalan,”tandasnya.(618)

Tags :
Kategori :

Terkait