BENGKULU, BE - Kematian sejumlah penyu dan ikan yang terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bengkulu bukanlah akibat dari aktivitas operasi yang dilakukan.
Bahkan berdasarkan hasil laboratorium yang telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu pada 21 November 2019 menunjukkan outlet air disaluran pembuangan masih memenuhi baku mutu air dengan parameter ph 8,32, suhu air 35?, dan Dhl 13,5 ms.
Health, Safety, and Environment (HSE) Engineer PT Tenaga Listrik Bengkulu, Zulhelmi Burhan mengatakan, tidak hanya dari hasil laboratorium yang disampaikan oleh Dinas LHK Provinsi Bengkulu, bahkan pihaknya juga rutin melakukan uji air bahang disaluran pembuangan.
Terbukti tidak ada senyawa kimia berbahaya yang dibuang di saluran pembuangan air bahang.
\"Kalau memang saluran pembuangan air bahang mengandung zat berbahaya, tidak mungkin ikan-ikan kecil hidup di area pembuangan air bahang ini,\" kata Zul, kemarin (5/12).
Ia mengaku, pihaknya tidak dapat berkomentar lebih terkait matinya sejumlah penyu dan ikan yang ditemukan di area PLTU. Untuk saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu.
\"Untuk saat ini kita tunggu saja hasil pemeriksaan dari BKSDA Provinsi Bengkulu,\" tutupnya.
Sementara itu, Warga RT 14 Kelurahan Teluk Sepang Kota Bengkulu, yang merupakan lokasi terdekat dari proyek PLTU Bengkulu, Gimin mengaku, aktivitas pembangunan PLTU diyakininya tidak memberikan dampak yang buruk kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Semenjak pembanguna PLTU Bengkulu belum ditemukan satupun warga Teluk Sepang yang mengalami permasalahan kesehatan.
\"Sejauh ini tidak ada mas, kalau ada itu mungkin bukan gara-gara PLTU tapi karena Stockpile Batubara di sekitar sini,\" tuturnya.
Menanggapi kematian sejumlah Penyu dan Ikan di sekitar area pembuangan air bahang milik PLTU, Gimin mengaku sebelum berdirinya PLTU Bengkulu pun dirinya sering menemukan penyu dan ikan yang mati di Pantai Teluk Sepang. Kematian tersebut kemungkinan disebabkan akibat aktivitas nelayan yang memasang jaring panjang ditengah laut.
\"Penyu dan ikan mati karena terkena jaring nelayan, setelah mati kemudian terdampar ke daratan, selain itu penyu juga bisa mati karena tidak bisa membalikkan tubuhnya akibat gelombang pantai yang tinggi,\" ujar Gimin.
Tidak hanya itu, Gimin menilai, jika penyu dan ikan mati akibat aktivitas PLTU, maka harusnya tidak hanya penyu dan ikan saja yang ditemukan disana. Lebih lagi Ia mengaku, banyak ditemukan disana adalah ikan dengan ukuran yang tidak kecil tetapi besar. Ia mengaku, kematian Penyu dan Ikan ini adalah akibat ada orang yang tidak senang dengan PLTU Bengkulu. Sehingga dengan sengaja membuang bangkai penyu dan ikan disana.
\"Ini pasti ada orang yang mencoba memfitnah PLTU, kalau memang pembuangan air bahang PLTU mematikan tidak mungkin ikan banyak disekitar area itu,\" tutupnya.
Sementara itu, Warga Teluk Sepang Kota Bengkulu lainnya, Surahyati mengatakan, kematian penyu dan ikan memang disengaja dan direkayasa oleh oknum yang tidak senang dengan keberadaan PLTU Bengkulu. Kemungkinan penyu memang sengaja dibunuh dan ikan memang sengaja diadakan dan dibeli dari sejumlah nelayan.
\"Kami yakin memang ada tukang Fitnah, soalnya banyak orang sering berkeliaran ke sana bawa karung dan tidak tau apa isinya. Kalau boleh saran disana memang harus dipasang kamera CCTV biar tau siapa yang membuang bangkai tersebut,\" tutupnya.(999)