Namun selalu ada saja murid yang sikapnya justru bisa memancing kemarahan gurunya. Guru yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik, sering terpancing untuk memarahi peserta didiknya di kelas bahkan melakukan kekerasan pada siswa. “Berbeda dengan seorang guru yang bisa mengontrol emosi dengan baik. Jika muridnya melanggar, ia mencoba untuk memahami perbuatan itu,” katanya.
Dia menambahkan, apalagi bila sebelum berangkat untuk mengajar sudah ada ketidak nyamanan atau masalah dari rumahnya, guru bisa mememberikan hukuman melebihi perbuatan murid yang dianggap salah oleh guru tersebut. Namu bagi guru yang bisa mengontrol emosinya, dengan penuh wibawa sang guru akan lembut memanggil anak tersebut.
Lantas menanyainya dengan baik-baik. Dalam banyak kasus, justru perhatian seorang guru yang bertanya dengan baik-baik kepada anak yang bermasalah menjadikan mereka berhenti dari perbuatan tak baiknya.
Guru harus ingatmengedepankan sikap yang lembut jauh lebih bermanfaat daripada memberikan reaksi spontan dan amarah pada anak didik yang melakukan kesalahan. Anak-anak yang didekati dengan kemarahan biasanya sulit benar-benar berhenti dari perbuatan tidak baiknya.
“Jika anak diajak bicara baik-baik, ia merasakan ada perhatian dari gurunya. Sudah menjadi sifat dasar setiap manusia jika diperhatikan akan merasa senang hatinya. Disinilah sesungguhnya menjadi penting bagi seorang guru untuk dapat mengontrol emosi dengan baik,” katanya. (111)