Dikatakannya, untuk dapat mengantongi uang itu, warga meski melakukan berbagai proses yakni penjemuran dan juga menyingkirkan pasir atau kotoran dari akarnya. Nah setelah benar-benar selesai barulah proses penimbangan. Sehingga baru dapat uang hasil penjualannya.
“Ini pembeli ada di desa kita sendiri sebagai penampung, tapi ini tak langsung instan perlu proses penjemuran untuk mendapatkan uang hasil penjemuran itu. Harga ini menurun dari beberapa minggu yang lalu, dimana sempat mencapai rumput nilon hingga 15 ribu perkilonya sedangan rumput kawat mencapai Rp 10 ribu perkilogramnya,” tuturnya.
Warga yang mencari rumput laut atau Lukuk dalam bahasa Kaur-nya terbilang lumayan banyak. Bahkan hampir sekitar 30 persen IRT di beberapa desa dengan dengan pantai mencari rumput laut.
Kondisi ini di dibenarkan Kades Parda Suka Kecamatan Maje Edi Herlian. Menurutnya tradisi melukuk ini sudah berlansung sejak beberapa tahun yang lalu. “Harapan kita ada program pemerintah untuk menebar benih rumput laut, sehingga nantinya rumput ini tidak punah dan berkembang sehingga dapat kembali dipanen warga,” tandasnya. (618)