Penduduk Miskin 302.302 Orang
BENGKULU, Bengkulu Ekspress -Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan II-2019 (yoy) tumbuh sebesar 5,05 persen, melambat bila dibandingkan Triwulan II 2018 yang tumbuh sebesar 5,11 persen. Melambatnya pertumbuhan ekonomi ini disebabkan rendahnya kontribusi lapangan usaha ke Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan, penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan lapangan usaha yang pertumbuhannya tertinggi yaitu 10,16 persen. Akan tetapi kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Bengkulu hanya sebesar 0,17 persen. Sehingga tidak begitu signifikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
\"Walaupun sektor penyediaan akomodasi dan makan minum mencatat pertumbuhan, yakni 10,16 persen secara tahunan. Namun, karena porsinya terhadap PDRB hanya sekitar 0,17 persen, kontribusinya tak signifikan mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah,\" kata Dyah, kemarin (5/8).
Dyah menambahkan, besarnya kontribusi penyediaan akomodasi dan makan minum disebabkan terjadinya kenaikan konsumsi pada periode Ramadhan dan Idul Fitri yang terjadi pada triwulan ke II 2019. Meski begitu, pertumbuhan tersebut belum begitu signifikan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bengkulu.\"Pada triwulan II 2019 konsumsi masyarakat meningkat, makanya sektor ini mengalami pertumbuhan,\" ujar Dyah.
Meningkatnya konsumsi masyarakat juga terlihat dari pengeluaran konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT). Dimana tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 15,80 persen. \"Pada Ramadan dan Lebaran tingkat konsumsi masyarakat meningkat sehingga LNPRT juga ikut mengalami peningkatan,\" tutupnya.
Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Lizar Alfansi MM mengaku, Pemerintah Provinsi Bengkulu harus mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru. Karena selama ini pertumbuhan ekonomi Bengkulu selalu dipengaruhi oleh konsumsi dan daya beli masayarakat.
Oleh sebab itu, Pemerintah perlu merancang strategi agar ekonomi Bengkulu bisa tumbuh, salah satunya mendorong kegiatan ekspor dan meningkatkan infrastruktur di daerah. \"Itu dilakukan agar Pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh, kalau ekspor dimaksimalkan dan infrastruktur ditingkatkan seperti Pelabuhan Pulau Baai ataupun Bandara Fatmawati maka kontribusi ke Pertumbuhan ekonomi juga besar nantinya,\" tutupnya.
Jumlah Penduduk Miskin Bengkulu 302.302 Orang
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu Hingga Maret 2019 mencapai 302.302 orang atau 15,23 persen. Angka tersebut lebih rendah 0,2 persen dibandingkan dengan penduduk berpengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan pada Maret 2018 lalu.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan, jumlah penduduk miskin di Bengkulu pada Maret 2019 mengalami kenaikan sebesar 488 orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 yang sebesar 301.814 orang atau 15,43 persen. Kenaikan tersebut kemungkinan disebabkan ada penduduk miskin yang sebelumnya belum terdata oleh Pemerintah dan pada tahun ini sudah terdata. \"Kemungkinan penambahan tersebut karena ada penduduk miskin yang baru terdata,\" kata Dyah, kemarin (5/8).
Meski bertambah sedikit, Dyah mengaku, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan dari 15,25 persen pada Maret 2018 menjadi 14,70 persen di Maret 2019. Bahkan penurunan tersebut juga diikuti persentase penduduk miskin di daerah perdesaan dari 15,52 persen pada Maret 2018 menjadi 15,49 persen pada Maret 2019. \"Kalau kita lihat data, pesentase penduduk miskin baik di Kota dan Desa mengalami penurunan,\" ujar Dyah.
Ia menambahkan, selama periode Maret 2018 hingga Maret 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 952 orang dari 97.470 orang pada Maret 2018 menjadi 96.518 orang pada Maret 2019. Sementara di daerah perdesaan bertambah sebanyak 1.438 orang dari 204.345 orang pada Maret 2018 menjadi 205.783 orang pada Maret 2019. \"Walaupun ada pertambahan di desa, tetapi secara persentase penduduk miskin di Bengkulu mengalami penurunan,\" ungkapnya.
Disisi lain, Dyah menjelaskan, jumlah penduduk miskin di Bengkulu disebabkan oleh peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan. Bahkan komoditi beras dan rokok masih berkontribusi besar pada pengeluaran penduduk miskin di Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi Bengkulu.
Dimana beras berkontribusi sebesar 19,76 persen di Kota dan 26,70 persen di desa. Begitu juga rokok kretek filter dimana masing-masing berkontribusi sebesar 13,81 dan 10,82 persen. \"Akan tetapi sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2019 tercatat sebesar 73,89 persen. Kondisi ini mengalami penurunan jika dibanding kondisi Maret 2018 yaitu sebesar 75,55 persen,\" tutupnya.
Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Lizar Alfansi mengatakan, terdapat strategi yang harus dilakukan untuk menekan jumlah penduduk miskin di daerah. Pertama, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
\"Di tataran makro, pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, menjaga stablilitas makro ekonomi, stabilisasi harga, menciptakan lapangan kerja produktif, menjaga iklim investasi, menjaga regulasi perdagangan, meningkatkan produktivitas sektor pertanian, dan mengembangkan infrastruktur wilayah tertinggal,\" kata Lizar.
Dalam tataran mikro, masyarakat di bawah garis kemiskinan diberikan bantuan pangan non tunai (BPNT), program keluarga harapan (PKH), serta bantuan iuran jaminan kesehatan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Selain itu, pemerintah juga harus berupaya meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan rentan dengan akses permodalan, meningkatkan kualitas produk dan akses pemasaran, mengembangkan keterampilan layanan usaha, serta mengembangkan kewirausahaan, kemitraan, dan keperantaraan.
Selanjutnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Bengkulu untuk memperkuat infrastruktur, konekivitas yang menghubungkan antara pusat ekonomi dan wilayah penunjang, sekaligus memperkuat pengembangan produk lokal.
Dan terakhir adalah perkuatan ekonomi domestik dan tata kelola impor. \"Penguatan ekonomi domestik diwujudkan melalui peningkatan kemudahan berusaha di daerah yang dipantau dengan ketat dan kemudahan izin berusaha melalui Online Single Submission (OSS) sehingga banyak investor datang dan menanamkan modalnya,\" tutupnya.(999)