BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Bengkulu mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi Bengkulu yang akan mencetak sawah baru seluas 300 haktare pada 2019 ini. Meski begitu, HKTI berharap agar Pemprov memperhatikan sawah yang sudah dicetak tersebut agar tidak sia-sia atau beralih fungsi.
Pasalnya, penyebab semakin berkurangnya areal persawahan di Provinsi Bengkulu adalah terlantar karena kekurangan pasokan air. Jika sudah demikian, maka pemiliknya pun mengalih-fungsikan sawah tersebut menjadi perkebunan sawit.
\"Kami berharap setelah pemerintah berhasil mencetak sawah baru, sawah tersebut harus diperhatikan agar lahan sawah yang sudah tercetak tidak terbengkalai dan sia-sia,\" kata Ketua HKTI Provinsi Bengkulu, Muslihan DS, kemarin (21/1).
Ia menyatakan mendukung program yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu tersebut, apalagi program tersebut bersentuhan langsung untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingga dengan selalu memperhatikan dan memantau, maka sawah baru yang telah dicetak menjadi bermanfaat serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
\"Kita berharap sawah baru yang tercetak itu nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan dan menambah pendapatan bagi petani serta meningkatkan produktivitas hasil padi di Bengkulu,\" tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan memberikan tanggapan positif atas saran atau harapan yang disampaikan oleh HKTI Provinsi Bengkulu. Pihaknya juga mengharapkan peran aktif pemerintah daerah kabupaten/kota serta DPRD setempat untuk bersama-sama melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam penerapan pola tanam pertanian yang sebelumnya secara tradisional menuju modern.
Hal ini agar peningkatan kesejahteran dan produktivitas pertanian bisa benar-benar terwujud di Bengkulu. \"Kita tidak bisa bekerja sendiri. Oleh sebab itu, kami juga membutuhkan dukungan dari banyak pihak agar program ini bisa berjalan sukses,\" kata Ricky. Dengan suksesnya program ini, maka nilai jual hasil pertanian juga akan menjadi tinggi.
Sehingga akan banyak orang ataupun generasi muda berminat untuk menjadi petani yang sukses dan professional. \"Selama ini profesi sebagai petani selalu dipandang sebagai profesi kelas menengah ke bawah, padahal secara ekonomis profesi ini dipandang lebih menjanjikan,\" tutur Ricky. Untuk itu, pihaknya akan merangkul kalangan akademisi untuk mulai mendiskusikan hal ini dan menemukan solusi terbaik.
Sehingga kualitas produksi pertanian mampu memberikan hasil yang maksimal serta dapat memberi garansi kepada generasi milenial, bahwa di sektor ini memiliki masa depan yang cerah. \"Kami akan merangkul seluruh pihak agar pertanian bisa semakin baik dan membuat produktivitasnya meningkat signifikan,\" tutupnya.(999)