\"Sebut Nama Putri, Semburan akan Keluar\"
Kabupaten Lebong memiliki potensi wisata yang masih tersembunyi yaitu Telaga Tujuh Warna. Objek wisata ini tersembunyi dibalik rimbunnya hutan Lindung Bukit Daun, bagaimana pesona dari Telaga Tujuh Warna, Berikut laporannya.
Ari Apriko, Rimbo Pengadang
KEBERADAAN Telaga Tujuh Warna yang ada di perbatasan Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong tepatnya di kawasan Kecamatan Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong sudah lama diketahui baik oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat Bengkulu pada umumnya.
Hanya saja, karena belum adanya akses yang memadai yaitu hanya ada jalan setapak dan menembus rimbunnya Hutan Lindung Bukit Daun. Sehingga objek wisata ini belum banyak dikunjungi wisatawan. Untuk melihat langsung objek wisata ini Bengkulu Ekspress bersama dua orang jurnalis serta 7 orang dari pegawai KPP Pratama Curup menyoba menyambangi objek wisata yang belum tersentuh pembangunan tersebut.
Dibantu oleh dua orang penunjuk jalan dari warga setempat Kurniadi (34) dan Ari (30), Sabtu (12/1) tim memulai perjalanan dari Desa Air Bening sebagai lokasi terakhir bisa menggunakan kendaraan roda empat. \"Sebenarnya yang ada cuman 6 kawah, tapi saja juga kurang tahu kenapa dari dulu kawasan yang akan kita kunjungi dinamakan telaga tujuh warna,\" terang Kurniadi menjelaskan kepada tim sembari mulai perjalanan.
Setelah sekitar dua jam perjalanan dengan menelusuri perkebunan kopi warga serta hutan, akhirnya sekitar pukul 09.30 WIB, tim berhasil sampai di kawah biru, setibanya dikawah biru wisatawan disambut dengan bau belerengan serta uap panas yang keluar dari kulit bumi.
Selain terdapat satu kawah yang cukup besar dan berwarna biru sesuai dengan namnya, di lokasi kawah biru ini juga terdapat puluhan sumber air panas yang menyembur dipermukaan tanah. Sehingga pengunjung harus hati-hati agar tidak menginjakkan kaki diarea yang mengeluarkan semburan air panas. \"Ingat ya hati, jangan sampai menginjak yang ada semburannya, selain airnya yang sangat panas, takutnya daerahnya tidak kuat sehingga kaki kita bisa terperosok,\" ingat Kurniadi kepada Bengkulu Ekspress dan pengunjung lainnya.
Setelah puas melihat fenomena alam yang menakjubkan serta mengambil foto maupun video untuk diunggah ke media sosial lainnya, kemudian kami melanjutkan perjalanan ke kawah kedua.Jalan setapak dan rimbunnya hutan kembali kami lewati, jarak antara kawah biru dan kawah kedua atau kawah hitam tak terlampau jauh.
Hanya sekitar 10 menit, di sepanjang jalan menuju kawah kedua ini kami masih bisa menyaksikan semburan-semburan air panas diberbagai titik sehingga menjadi daya tarik tersendiri, bahkan sesekali terdengar suara air yang mendidik dibawah kulit bumi.
Setelah 10 menit berjalan kami tiba di kawah ke dua atau Kawah Hitam, Kawah Hitam ini luasnya hampir dua kali lipat dari luas kawah biru.Kawah ini disebut kawah hitam, karena memang warna kawah hampir menyerupai warna hitam. Meskipun lebih terlihat seperti warna abu-abu tua, warna tersebut dikeluarkan oleh lumpur panah yang keluar dari perut bumi.
Sesampainya di kawah biru kami kembali mengabadikan moment tersebut dengan mengambil gambar atau video sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke kawah ketiga atau Kawah Merah.Berbeda dengan jarak antara kawah biru dan kawah hitam yang cukup dekat, untuk menuju kawah ketiga jaraknya cukup jauh, selain itu kami harus membelah Huta Bukit Daun yang masih sangat alami, meskipun sudah ada jalan setapak namun jarang dilalui oleh manusia.
Jarak yang ditempuh dari kawah kedua sampai ke kawah ketiga hampir 30 menit dengan jalur yang beragam mulai dari tanjakan dan turunan.Hanya saja dikawah ketiga ini, kami tidak bisa sampai ke pinggir kawah, karena masih tertutup rimbunnya tanaman semak. Sehingga cukup melihat dari salah satu sisi kawah, karena hanya bisa dilihat dari satu sisi saja. Sehingga kami hanya mengabadikan kawah tersebut sebentar kemudian melanjutkan perjalanan ke kawah selanjutnya yaitu kawah keempat.
Jarak dari kawah ketiga ke kawah keempat cukup dekat, bahkan lebih dekat dari jarak antara kawah satu dengan dua. Namun di kawah keempat ini tidak ada kawah yang besar layaknya ditiga kawah sebelumnya, yang ada hanya da beberapa kawah kecil memiliki semburan air dan lumpur. Namun semburan air dan lumbur dikawah keempat ini lebih tinggi dari beberapa kawah sebelumnya.
\"Sebenarnya, kawah ini masih satu aliran dengan kawah merah dibawah tadi,\" terang Kurniadi sembari mengingatkan para pengunjung untuk hati-hati jangan sampai menginjak semburan air maupun lumpur panas yang ada dimana-mana.
Saat tengah berada di kawah keempat ini hujan mulai turun, sehingga akan membuat perjalanan kami semakin sulit. Karena jalur yang akan ditempuh menuju kawah kelima adalah menanjaki bukit, di bawah guyuran hujan yang menembus lebatnya hutan, para pengunjung tetap semangat melanjutkan perjalanan ke bagian atas bukit untuk menuju kawah kelima yaitu kawah kuning.
Menuju kawah kelima, jalurnya menanjak, hingga sampai dipuncak bukit, ada persimpangan jalan, kemudian kami mengambil jalur ke kiri, untuk menuju kawah kuning. Setelah perjalanan satu jam dari kawah keempat akhirnya kami sampai ke kawah kuning, dimana sebelum sampai dibibir kawah.
Kami harus menuruni tebing, karena masih diguyur hujan sehingga jalan menjadi licin bahkan ada beberapa rekan kami yang harus tergelincir. Meskipun warna airnya lebih dominan ke warna orange namun, kawah tersebut dikenal dengan kawah kuning.
Meskipun tidak terlihat adanya semburan air maupun lumpur, namun air yang ada di kawah yang cukup lebar tersebut tetap terasa panas.Di kawah kelima ini tidak banya yang bisa dilakukan, karena kawasan kawah masih sangat rimbun. Setelah puas menikmati kawah kuning, kemudian kami kembali mengikuti jalan kami sebelumnya sampai ke pertigaan jalan diatas bukit dari kawah keempat.
Setelah sampai dipertigaan kami kemudian melanjutkan ke kawah terakhir yaitu kawah keenam. Kawah keenam ini sering disebut dengan kawah putri atau kawah putih karena airnya berwarna putih bak air susu.Jalur yang ditempuh dari kawah kelima ke kawah keenam ini tidak sesulit dari kawah keempat ke kawah kelima, jalan yang ditempuh awalnya datar karena ada diatas perbukitan.
Kemudian dilanjutkan dengan menuruni tebing, setelah sampai dipertengahan jalan, uap panas terlihat dari kejauhan, bahkan suara gemuruh semburan air panas di tengah-tengah kawah mulai terdengar sehingga menambah semangat para pengunjung untuk melihat langsung keajaiban alam tersebut.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, kemudian sekitar pukul 13.00 WIB, kami tiba dikawah keenam atau kawah terakhir, tibanya kami di kawah tersebut juga disambut dengan hujan yang reda. Sehingga kami menikmati keindahan kawah yang menurut beberapa pengunjung hampir sama dengan kawah putih ciwidey di Bandung. Di kawah ini, selain puas menikmati keindahannya, kami juga membuka bekal yang telah kami bawa untuk santap siang bersama sembari menikmati keindahan alam.
Dibandingkan dengan kawah lainnya, kawah putri ini lebih luas dibandingkan dengan kawah lainnya, selain itu ditengah-tengah kawah terdapat semburan yang cukup besar dengan ketinggian sekitar 1 meter lebih. Selain itu terdapat semburan lainnya dibeberapa sisi kawah.
\"Kalau kami masyarakat sini menyebut kawah ini dengan kawah putri, karena kalau kita manggil kata putri, semburannya akan keluar, bahkan kepercayaan masyarakat, kita cukup memanggil 10 kali saja, kalau lebih dia tidak akan nyembur lagi,\" cerita Kurniadi.
Sementara itu, Sumartadi (45) salah satu pengunjung setelah menelusuri satu persatu kawah yang ada di Telaga Tujuh Warna mengaku sangat takjub, dan menurutnya bisa dikembangkan dengan baik oleh pemerintah daerah bisa menjadi objek wisata unggulan sebagaimana kawah putih ciwidey di Bandung.\"Khusus untuk kawah putri ini sama dengan kawah putih ciwidey,\" namun bedanya selaian kawah putih lebih besar tanaman disana semuanya mati kalau disini masih hidup,\" cerita Sumartadi.
Setelah puas menikmati dan mengabadikan momen di kawah putri ini, kemudian sekitar pukul 14.00 WIB, meninggalkan langkah untuk kembali ke titik awal kami start, dengan menelusuri hutan dan perkebunan kopi hingga akhirnya bertemu dengan jalan yang kami lalui saat menuju kawah biru. setelah sekitar 2 jam perjalanan akhirnya kami kembali sampai ketempat kami menitipkan kendaraan bermotor.(**)