Tantangan Semakin Berat
BENGKULU, Bengkulu Ekspress – Memasuki 2019, perekonomian di Provinsi Bengkulu akan menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat, mulai dari kondisi eksternal hingga internal. Dari sisi eksternal, kondisi ekonomi dunia yang belum stabil akan berdampak pada ekonomi Bengkulu seperti melemahnya harga komoditas karet, batubara, dan kelapa sawit.
Kemudian dari sisi internal, kondisi politik di dalam negeri, khususnya menjelang pemilihan presiden (pilpres) 2019 akan membuat para investor menunggu kondisi di dalam negeri serta kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah di tahun depan.
Pengamat Ekonomi Bengkulu, Dr Ahmad Badawi Saluy MM mengaku, pertumbuhan ekonomi daerah tidak terlepas dari kondisi eksternal yang saat ini masih menunjukkan pelemahan. Penurunan pertumbuhan ekonomi dunia, masih adanya risiko perang dagang, penurunan perdagangan dunia, serta tren perlambatan pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor utama diperkirakan, menjadi faktor utama perlambatan ekonomi Bengkulu kedepannya. Lebih lagi kondisi eksternal yang sangat berpengaruh terhadap ekonomi Bengkulu selama ini masih mengandalkan ekspor dari komoditas karet, batu bara, dan kelapa sawit.
\"Ekonomi Bengkulu pada 2019 ini akan menghadapi tantangan ekonomi global, seperti melemahnya harga komoditas ekspor akibat perang dagang seperti karet, batubara, dan kelapa sawit,\" kata Ahmad, kemarin (1/1).
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Bengkulu masih dapat disokong dari sisi domestik di mana masih adanya sejumlah proyek pembangunan infrastruktur di daerah. Beberapa pembangunan infrastruktur yang diprediksi dapat meningkatkan ekonomi Bengkulu diantaranya pembangunan jalan Tol Bengkulu-Palembang, peningkatan Bandara Fatmawati Bengkulu menjadi Bandara Internasional serta peningkatan pelabuhan Pulau Baai. \"Masih ada pembangunan jalan tol, peningkatan bandara, dan pelabuhan,\" ujar Ahmad.
Selain tantangan ekonomi global, kondisi politik di dalam negeri, khususnya jelang pemilihan presiden (pilpres) 2019 juga akan berpengaruh pada ekonomi di Bengkulu. Sehingga, para investor kemungkinan masih menunggu kondisi di dalam negeri serta arah kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah di tahun depan.
\"Investor akan melihat transformasi di 2019 seperti apa, arah kebijakan pemerintahan dan kemungkinan yang memegang pimpinan kementerian dan lembaga akan berganti. Ini akan menentukan arah ekonomi kita seperti apa,\" tutupnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM mengaku, tahun politik tak lagi mempengaruhi kondisi ekonomi. Meskipun, setiap kali tahun politik timbul kecenderungan investor lebih wait and see, namun pengaruh yang jauh lebih besar terhadap ekonomi daerah adalah gejolak ekonomi global. \"Jadi mungkin kita harus menjauhkan pandangan bahwa politik punya pengaruh langsung ke ekonomi, tidak! Ekonomi Bengkulu bereaksi pada kondisi global,\" tambah Kamaludin.
Ia meyakini perputaran uang di 2019 akan lebih besar dari tahun-tahun politik sebelumnya. Sebab pemilihan presiden dan pemilihan legislatif pusat hingga ke daerah dilakukan secara berbarengan. Sehingga hal tersebut diperkirakan akan meningkatkan konsumsi masyarakat, apalagi porsi pertumbuhan ekonomi di Bengkulu hampir setiap tahun disumbangkan oleh sektor konsumsi rumah tangga.
Dimana pada 2017 lalu, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi LNPRT menyumbangkan pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 5,59 persen dan 4,82 persen, kemudian diikuti impor barang dan jasa, ekspor barang dan jasa, serta pengeluaran konsumsi pemerintah. \"Konsumsi saat tahun politik itu meningkat. Penggunaan cash jauh lebih banyak. Ada ribuan caleg, dikalikan saja satu orang bisa berapa,\" ujar Kamaludin.
Kemudian dari sisi inflasi, Ia memprediksi laju inflasi Bengkulu di 2019 bisa mencapai 3 persen. Inflasi masih stabil dengan pemicu volatile food dan administred price seperti kemungkinan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. \"Jadi setelah pemilu kalau petahana yang menang mereka akan menaikkan harga BBM. Jadi proyeksi kita inflasi sekitar 3 persen,\" tambah Kamaludin.
Dengan kondisi seperti itu, Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Bengkulu di 2019 ini akan sedikit perlambatan, tapi masih di atas 5 persen. Dimana pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1 persen atau lebih tinggi sedikit dibandingkan 2018 yang diproyeksikan mencapai 5,07 persen. \"Pertumbuhan ekonomi masih akan melambat dari tahun ini, tapi masih akan di atas 5%, sekitar 5,1%,\" tutupnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia Saputra mengaku, pertumbuhan ekonomi Bengkulu diproyeksi berkisar 5%-5,20 persen pada 2019 atau mengalami peningkatan dibandingkan 2018 yang diproyeksi mencapai 5,07 persen. Meningkatnya pertumbuhan tersebut akan didorong oleh beberapa kegiatan ekspor seperti batubara, CPO, dan karet.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat seiring dengan semakin berkembangnya Usaha Kecil Menengah (UKM) berbasis ekspor komoditas unggulan seperti perikanan tangkap, pariwisata sejarah dan alam, kopi kepahiang dan rejang lebong, produk turunan kelapa sawit, jeruk kalamansi, dan sapi pedaging dan perah. \"Dengan seluruh upaya tersebut, kami optimis ekonomi Bengkulu pada 2019 ini akan jauh lebih baik dari tahun lalu,\" tutur Endang.
Tidak hanya itu, pada 2019 ini BI juga menargetkan inflasi akan tetap terjaga pada angka 3 plus minus 1 persen. Tejaganya nilai inflasi tersebut tidak lepas dari peran Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan koordinasi baik dengan TPI pusat dan TPID Bengkulu agar inflasi tetap terjaga. \"Kami proyeksikan inflasi di 2019 tetap terkendali dan aman,\" tutupnya.(999)