AIR NIPIS, Bengkulu Ekspress– Satu unit alat berat jenis eksavator milik Dinas Perikanan Bengkulu Selatan (BS) terjebak dalam lumpur di Dusun Lubuk Langkap, Desa Sukamaju, Air Nipis sampai saat ini belum berhasil dievakuasi.
Kepala Desa Sukamaju, Air Nipis, Supriyanto mengatakan, sebelumnya alat berat tersebut membuat kolam ikan milik warga di desanya. Hanya saja, saat berada di tengah kolam, alat berat tersebut terjebak dalam lumpur. Hingga akhirnya operator tidak bisa lagi mengeluarkannya. “Sebelumnya eksavator itu membuat kolam ikan di desa kami, rupanya terperosok dalam kolam yang dibuatnya,” katanya.
Surprianto mengatakan, kejadian tersebut sekitar satu minggu lalu. Bahkan pihak Dinas perikanan sudah meminta bantuan alat berat dari dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bengkulu Selatan (BS). Namun tetap juga belum berhasil dikeluarkan.“ Bahkan alat berat dari dinas PU juga nyaris terperosok dalam lumpur,”imbuhnya.
Kepala Dinas Perikanan Bengkulu Selatan, Novianto S Sos MSi membenarkan adanya alat berat dinas perikanan Bengkulu Selatan yang terjebak lumpur. Dirinya memperkirakan sang operator kurang memahami kondisi tanah lokasi pembuatan kolam ikan. Sehingga langsung masuk ke dalam kolam. “Eksavator yang terbenam itu lantaran hendak membantu warga membuat kolam ikan, namun kondisi tanah yang kurang baik, hingga menyebabkan alat kami nyaris terbenam,” ujarnya.
Atas kondisi tersebut, Novianto mengaku, dirinya sudah berusaha mengevakuasi alat berat tersebut. Untuk mengevakuasinya, dirinya sudah meminjam alat berat milik dinas PUPR. Namun belum juga berhasil dievakuasi. Bahkan saat ini sudah ditambah satu lagi alat berat untuk mengevakuasinya. “Mudah-mudahan setelah adanya penambahan alat berat untuk mengevakuasinya, alat berat kami yang terendam dapat segera dievakuasi,” harapnya.
Novianto menjelaskan, keberadaan alat berat tersebut bertujuan untuk membantu warga membuat kolam ikan. Bahkan dalam satu tahun, dari alat berat tersebut ditarget untuk menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 60 juta. Bahkan saat ini dari alat berat tersebut, PAD yang sudah dihasilkan sebesar Rp 40 juta.
Hal ini lantaran sebelumnya 2 bulan dipinjam nelayan pantai pasar bawah dan 1 bulan istirahat atau total 3 bulan tidak dimanfaatkan untuk mencari PAD. “ Memang alat berat kami tersebut untuk mencari PAD, dari target Rp 60 juta,PAD yang sudah disetor 40 juta,” terang Novianto. (369)