BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Wakil Walikota Bengkulu, Dedy Wahyudi SE MM menindaklanjuti adanya laporan warga mengenai kehidupan salah satu keluarga kurang mampu yang memiliki tempat tinggal tidak layak. Wawali pun langsung turun ke rumah warga yang bernama Doni Sagita (34) di Jalan Danau, Kota Bengkulu.
Ia menempati rumah reyot itu sejak 2016 lalu bersama sang istri, Ni Ketut Sartika Dewi (27) dan memiliki 3 orang anak. Rumah tersebut hanya seluas 2,6 x 4,6 meter, sedangkan lahan yang ditempatinya merupakan tanah hibah dari Peltu Sujimin anggota Kodim Bengkulu seluas 5 x 13 meter.
Setelah melihat kondisi rumah Doni, Wawali merasa sangat prihatin. Selain memiliki ukuran yang sangat kecil untuk ditempat satu keluarga, kondisi rumah tersebut juga kumuh, dan hanya beratapkan daun rumbia yang baru-baru ini ditutupi terpal agar hujan air tidak masuk. Selain itu, dinding rumah hanya berupa tambalan-tambalan triplek dan ditutupi dengan kain-kain spanduk.
Sedangkan posisi rumah berada di dalam hutan dan sangat berdekatan dengan kandang kambing, sehingga memiliki potensi penyakit yang sangat tinggi.
\"Saudara Doni ini tempat tinggalnya sangat memprihatinkan, maka pemerintah sesuai amanat konstitusi pasal 34 ayat 1 tentang fakir miskin dan orang terlantar ditanggung oleh negara. Maka tadi kami minta mereka menempati Rusunawa milik Pemkot dan itu gratis,\" kata Dedy.
Untuk diketahui, selama ini Doni belum memiliki e-KTP, hal ini dikarenakan Doni takut proses pembuatan e-KTP tersebut memakan biaya atau bayaran yang tinggi, sehingga ia selama ini tidak mempedulikan administrasi kependudukan tersebut. Hal ini cukup mengejutkan Wawali karena selain tidak ada e-KTP, selama ini Doni juga tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) yang ditanggani langsung oleh Dinas Sosial Kota Bengkulu.
Karena tidak memiliki e-KTP, maka keluarga Doni ini tidak terpantau atau tidak tercatat dalam data statistik kependudukan. Pun demikian, setelah mendapatkan pertolongan dari berbagai pihak, akhirnya Doni baru saja mendapatkan e-KTP dan segera dimasukkan dalam program PKH.
\"Sudah kita bujuk untuk pindah, tapi saudaraku Doni lebih nyaman tinggal di rumahnya, meskipun rumahnya kecil. Nah, soal bedah rumah tahun 2018, kita anggarannya sudah menipis, boleh dikatakan tidak ada. Kalau ada dermawan, itu akan lebih baik,\" jelas Dedy.
Agar rencana bedah rumah bisa terwujud, maka Wawali akan berupaya untuk mengkomunikasikan dengan beberapa pihak swasta, seperti DPD REI yang memang memiliki program bedah rumah, kemudian Yayayan Polres, Baznas dan lainnya. \"Saya akan komunikasikan dengan teman-teman itu agar rumah ini bisa menjadi skala prioritas untuk dibedah,\" tuturnya.
Sementara itu, Doni Sagita mengatakan bahwa musim penghujan saat ini ia cukup kewalahan karena kondisi rumah yang reyot tersebut sering dimasuki air hujan dan banjir sehingga memaksa dirinya dan keluarga mengungsi, sembari menunggu hujan berhenti. Hal ini terjadi berulang-ulang.
Kemudian, Doni juga mengungkapkan alasannya menolak pindah, meski sudah dijamin tempat tinggal yang lebih layak dan gratis oleh pemerintah. Ia mengaku, karena untuk menghidupi keluarganya sehari-hari, ia juga merawat kambing milik orang lain yang berada di depan rumahnya itu. Sehingga baginya sangat tidak mungkin untuk ditinggalkan.
\"Pekerjaan saya serabutan, dan merawat kambing ini baru 4 bulan untuk bantu-bantu ngerumput bersihkan kandang. Kalau kerja istri dulu sempat jual pucuk ubi di pinggir jalan, jadi saya tidak mungkin pindah karena harus melihat kondisi kandang kambing ini setiap saat,\" ungkap Doni. (805)