\"Dalam pembahasan awal atau KU PPAS memang sudah disetujui, bahwa anggaran untuk perencanaan sebesar Rp 1 miliar, tapi kita tunggu saja hingga pengesahan nanti,\" kata Kepala Dinas Kesehatan Kota, drg H Edriwan Mansyur MM, kemarin.
Ia menjelaskan, dana Rp 1 miliar itu digunakan untuk biaya kajian atau perencanaan, seperti pihak Pemkot melakukan studi banding ke kota lain yang telah memiliki rumah sakit sendiri, atau analisis teknis lainnya. Hal itu dirasakan penting, mengingat pembangunan sebuah rumah sakit bukan hal yang gampang seperti membangun rumah atau perkantoran biasa, karena kajiannya lebih rumit menyangkut soal analisis dampak lingkungan, kajian dari sisi politis dan lainnya.
\"Sebagai instansi teknisnya memang Dinkes kota, tapi Dinkes harus bekerja sama dengan SKPD lain untuk melakukan kajian pembangunan Rumah Sakit tersebut agar setelah berdiri nanti tidak menimbulkan masalah baru,\" terangnya.
Pemkot memiliki itikad besar agar di tahun 2013 ini rintisan Rumah Sakit kota Bengkulu sudah berdiri. Dan langkah untuk mewujudkan hal tersebut telah mulai dirancang salah satunya dengan meningkatkan status salah satu Puskesmas dalam Kota Bengkulu menjadi Rumah Sakit.
\"Kalau untuk membangun dari awal setidaknya kita membutuhkan biaya Rp 100 miliar. Rencananya nanti salah satu Puskesmas kita tingkatkan statusnya untuk mendapatkan bantuan dari pusat, sedangkan pembangunan dan perencanaan Rumah Sakit eks Gedung DPRD dan Bappeda itu tetap berlanjut. Kita menginginkan Rumah Sakit Kota Bengkulu betul-betul akan dibangun,\" ujarnya mantap.
Disinggung soal kepastian lokasinya, Edriwan mengaku pihaknya tidak terlalu memaksakan diri harus eks gedung DPRD dan Bappeda, melainkan tergantung kesepakatan Walikota dan DPRD Kota Bengkulu. Pun begitu, ia mengaku jika eks gedung DPRD dan Bappeda dijadikan Rumah Sakit, setidaknya telah mengurangi anggaran yang cukup besar karena tidak lagi membangun gedung dari awal dan hanya menambah atau membangun beberapa instalasi saja.
\"Pak Walikota memang menginginkan Rumah Sakit Kota Bengkulu berada di Simpang Lima, karena memiliki nilai jual tinggi, baik dari sisi komersial maupun dari sisi politisnya,\" bebernya.
Terkait dengan saran anggota DPRD yang meminta rumah sakit dibangun kawasan Bentiring atau Betungan, ia mengaku pada dasarnya masyarakat juga menginginkan di tengah-tengah kota, karena mudah dijangkau oleh transportasi umum.
\"Kalau berdekatan dengan Rumah Sakit Raflesia atau Tiara Sella itu tidak masalah, yang penting kajian Amdalnya harus mendalam dan matang sehingga tidak ada masalah lingkungan di kemudian hari nanti,\" pungkasnya. (400)