Bunga Rafflesia Terancam Punah

Bunga Rafflesia Terancam Punah

BENTENG, Bengkulu Ekspress - Keberadaan puspa langka Bunga Raflesia Arnoldi di Provinsi Bengkulu, tepatnya di kawasan hutan lindung Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) saat ini diambang kepunahan.

Bukan hanya faktor alam yang menjadi penyebabnya. Ulah tangan jahil yang tidak bertanggung jawablah yang saat ini menjadi ancaman terbesar.

Informasi yang diperoleh Harian Bengkulu Ekspress (BE), beberapa bunga rafflesia yang sering terlihat tak jauh dari jalan raya ternyata hanya sebuah tipuan.

Akar beserta bonggol bunga yang merupakan icon Provinsi Bengkulu itu sengaja dipotong oleh sekelompok orang tidak bertanggung jawab demi kepentingan pribadi. Bunga yang tumbuh jauh di dalam hutan itu sengaja dipindahkan ke tepi jalan agar pengunjung bisa dengan mudah melihatnya. Padahal, hal itu hanya sebuah tipu muslihat yang dilakukan untuk mendapatkan uang dari wisatawan yang datang.

Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Provinsi Bengkulu melalui Kesatuan Pengelola Hutan Konservasi (KPHK) Bukit Kaba. Berbekal informasi dan pengaduan yang telah dilayangkan masyarakat, sejumlah tim pun telah diturunkan untuk melakukan pemeriksaan untuk membuktikan kebenarannya.

\"Dari pemeriksaan yang kami lakukan beberapa waktu lalu, terungkap bahwa Bunga Rafflesia itu memang sengaja dirusak dan dipindahkan ke tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat,\" ungkap Kepala KPHK Bukit Kaba, Winarso SH.

Pria yang juga menjabat selaku Kepala Resort Kabupaten Kepahiang dan Benteng itu mengatakan, perbuatan pelaku merupakan suatu tindakan yang akan merusak kelestarian Bunga Rafflesia. Sebab, masa pertumbuhan bunga dapat memakan waktu sampai 9 bulan dan masa mekar hanya sekitar 5-7 hari, kemudian akan layu dan mati.

\"Bunga Rafflesia ini membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga akhirnya bisa mekar. Oleh para perusak, masa mekar secara alamiah langsung hilang (mati,red) dalam sekejap. Bahkan, ada juga yang sengaja dicat agar kelopak bunga terlihat seperti baru mekar,\" beber Winarso.

Terkhusus di Kabupaten Benteng, lanjut Winarso, sebanyak 18.000 hektare (Ha) adalah kawasan hutan lindung yang merupakan habitat tumbuh kembang bunga berwarna orange yang terdiri dari lima kelopak kasar dan berbintik-bintik dengan krim berwarna putih tersebut.

Dari luasan lahan tersebut, terdapat sekitar 3,7 hektare (Ha) yang ditetapkan sebagai daerah cagar alam, yakni wilayah Taba Penanjung 1 dan wilayah Taba Penanjung 2. Dikatakan Winaharso, wilayah cagar alam ini bisa digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti penelitian, riset dan bukan untuk wisata. Bahkan, wilayah cagar alam saat inipun juga sudah mulai tercemar oleh limbah yang berasal dari warung di kawasan gunung.

\"Limbah yang berasal dari warung itu banyak memiliki kandungan garam. Ini tentu saja akan merusak habitat bunga raflesia. Sebab, bunga Rafflesia tak bisa hidup pada tempat yang memiliki kadar garam tinggi,\" ungkapnya.

Selain itu, Winaharso mengaku, ancaman terhadap habitat bunga Rafflesia semakin mengkhawatirkan. Pasalnya, tak sedikit warga melakukan aksi penyerobotan kawasan hutan lindung. Meski aksi perambahan terlihat jelas, perbuatan melawan hukum tersebut seolah masih terus terjadi dan bahkan terus meluas.

Dampaknya, jika dahulu kawasan pegunungan terasak sejuk dan dingin, perambahan hutan mengubah semuanya dan menciptakan peningkatan suhu panas.

\"Seluruh hutan lindung adalah habitat bunga Rafflesia. Marilah kita bersama-sama, bersatu dan saling berkoordinasi dalam menjaga kelestariannya. Seluruh elemen harus bersatu, dimulai dari masyarakat, Pemerintah Daerah dan aparat penegak hukum. Menjaga kelestarian bunga rafflesia adalah tanggung jawab bersama,\" tandasnya.

Disisi lain, salah seorang warga Desa Tanjung Heran, Kecamatan Taba Penanjung yang sengaja merusak bunga Rafflesia itu mengungkapkan bahwa pemidahan sengaja dilakukan untuk mencari rezeki.

\"Kami hanya mendapatkan sedikit uang dari pengunjung yang datang. Itu semua demi sesuap nasi,\" ungkap warga yang meminta agar namanya tak disebutkan.(135)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: