BCA Pesimis Aturan Trust Tambah Pasokan Valas
JAKARTA – Upaya Bank Indonesia (BI) menarik suplai valuta asing (valas) dari devisa hasil ekspor (DHE) melalui penerapan aturan trust dinilai tidak akan maksimal bila instrumen dan para ahli valas di perbankan dalam negeri masih terbatas.
\"Trustee perbankan, dia menerima titipan dollar, ini ditempatkan dalam instrumen dollar lain yang aman. Karena ini duit orang, konsekuensi logis, ini nanti akan mencari lagi yang exspert institusi triple A (rating AAA) yang kebanyakan perusahaan asing, dan dollar in and out lagi,\" ujar Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja, di Gedung DPR, Jakarta.
Menurutnya, saat ini instrumen valas di tanah air masih sangat terbatas, dimana perbankan yang akan menjalankan bisnis tersebut bisa menempatkan dana DHE milik nasabahnya di obligasi dollar pemerintah.
\"Jadi, trustee sebagai obat (memupuk pasokan valas) ini kurang pas. Kalau ada kepastian keberanian intervensi BI, tidak ada itu isu DHE parkir,\" katanya.
BI sendiri mengakui masih belum dalamnya pasar keuangan di tanah air, termasuk pasar keuangan valas, menjadi kendala tersendiri bagi dana-dana valas yang kesulitan mencari instrumen. Untuk itu, bank sentral telah mengeluarkan instrumen term deposit valas, dan beberapa instrumen hedging valas seperti swap jual-beli, forward dan spot.
Jahja memerhatikan, belakangan ini para nasabah DHE sendiri cenderung menahan dana valasnya, karena melihat neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit dan memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah.
\"Kita perhatikan masalah DHE mencuat ketika kurs rupiah melemah. Kesimpulannya simple (sederhana), kalau pasar mengantisipasi rupiah akan melemah terus jadi mereka tunggu kapan saat yang baik untuk menjual dana valas ini. Bahkan ini ketika mereka butuh dana rupiah, mereka tetap tidak mau jual dollar dan cari pinjaman rupiah. Logisnya begitu,\" tutupnya.
Terkait dengan bisnis trust, yang dimungkinkan oleh BI untuk dilakukan bank yang memiliki modal inti masuk ke dalam buku tiga atau modal inti di antara Rp5 triliun sampai Rp30 triliun. Sebelumnya, Jahja menyatakan, BCA belum berminat masuk ke bisnis ini. (net)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: