Ingin jadi Atlet Terbaik Dunia

Ingin jadi Atlet Terbaik Dunia

Ghufran Martianzah Wira Fawas, siswa kelas 5 Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) IQRA 1 Bengkulu. Dia salah seorang atlet sepatu roda, yang telah puluhahan kali menjuarai pertandingan tingkat daerah maupun nasional. Dengan prestasinya yang gemilang ini, Ghufran ingin menjadi salah satu atlet sepatu roda terbaik dunia dan bisa jalan-jalan keliling dunia mengharumkan nama Indonesia.

Erick Voniker Doris, Kota Bengkulu

\"Aku ingin menjadi atlet terbaik dunia dan ingin sekali bertanding di Rusia,\" cerita anak pertama dari dua bersaudara buah hati dari Ari Martin dan Oriza Trivni ini.

Ghufran sejak kecil dilatih menjadi atlet sepatu roda oleh sang ayah bernama Ari Martin yang memang atlet sepatu roda milik Provinsi Bengkulu. Di sekolahnya, Ghufran mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepatu roda.

Ghufran sudah cukup banyak mendapatkan gelar juara dalam berbagai pertandingan sepatu roda. Dia sudah 2 kali mengikuti lomba sepatu roda diajang internasional. Dengan menyabet juara 3 dan 5.

Dirinya mengikuti pertanidngan sepatu roda di Tiongkok pada 2015. Awal mengikuti dirinya belum mendapatkan apa-apa, namun pada keikutan sertanya kedua kali dirinya berhasil menjadi juara tiga dan berhak mendaptkanmedali perak. Tahun 2016 kembali ikut di Ghuanou, Tiongkok dan dirinya juga berhak mendapatkan medali perak dengan menyisihkan ratusan peserta dari berbagai negara yang ikut serta.

Ada cerita yang cukup menarik dari Ghufran ketika berada di Tiongkok. Di sana sangat susah mencari makanan halal. Bila ingn makan, dirinya selalu bertanya kepada peserta yang sama-sama dari Indonesia yang berlainan agama apakah yang akan dimakan halal atau tidak. Selain itu, selama ini jika ingin buang air besar di kamar mandi hanya disediakan tisu, padahal kebiasaan selama ini di Indonesia menggunakan air.

Ghufran sangat berharap adanya suport dari pemerintah bagi setiap atlet yang bertanding. Menginhat biaya keberangkatan untuk lomba di luatr negeri cukup mahal. Pemberangkatan keluar negeri seperti China, itu bisa mencapai Rp 15 juta.

\"Kami berangkat pakai uang pribadi dan ditambah bantuan dari sekolah (SDIT IQRA 1 Bengkulu), kalau dari pemerintah sepengetahuan saya tidak ada,\" ucapnya.

Wakil Kepala Kurikulum SDIT IQRA 1 Bengkulu Merian SPd, sebisa mungkin mendukung segala kegiatan siswanya baik di bidang akademik maupun non akademik.

\"Semua kegaitan siswa kita dukung, seperti sepatu roda kita adakan eksta kulikulernya,\" sampainya. (614)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: