Warga Bersiap Mengungsi
BENGKULU, BE - Rasa trauma warga Bengkulu akan gempa kembali bangkit. Gempa berkekuatan 8,5 SR di Aceh, kemarin (11/4), terasa hingga Bengkulu. Bahkan peringatan dini tsunami dari juga diberikan bagi Bengkulu. Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG) pun memprediksi tsunami akan tiba di Bengkulu sekitar pukul 17.30 hingga 18.00 WIB diiringi dengan bunyi sirine tsunami. Terang saja kondisi itu membuat warga panik. Mereka berhamburan mengungsi mencari lokasi aman. Sampai tadi malam warga masih siaga dan siap-siap mengungsi jika gempa besar melanda. Seperti di Kota Bengkulu warga di kawasan pantai antara lain Lempuing, Kampar, Pondok Besi, Rawa Makmur dan lainnya di Kota Bengkulu. \"Kami mengungsi di dekat Panti Asuhan, Padang Harapan, karena lokasinya lebih tinggi,\" kata Dedi Abdulrasyid, warga Kampar, kemarin Pukul 16.00 WIB. Selain warga lain juga banyak mengungsi di Masjid Raya Baitul Izah. \"Kami terpaksa membawa anak-anak menggunakan sepeda motor mengungsi ke Masjid Raya Baitul Izah,\" kata seorang warga Lempuing Ujang (43). Sejak ada imbauan waspada tsunami dari BMKG, maka warga di kawasan pantai berhamburan mencari lokasi lebih aman tsunami antara lain di halaman Kantor Gubernur Bengkulu, Air Sebakul dan di Timur Indah, Kota Bengkulu. \"Karena terlihat pada gambar berwarna kuning, sedangkan di Aceh warna merah,\" kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bengkulu Dadang Permana. Sedangkan berdasarkan keterangan BPBD Provinsi Bengkulu, sebagian warga Kota Bengkulu mengungsi ke gedung STQ di kompleks Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Bengkulu di Kelurahan Pagar Dewa menyusul peringatan tsunami pascagempa berkekuatan 8,5 SR dan susulan 8,2 SR yang melanda Aceh. \"Sebagian warga mengungsi ke kompleks STQ karena ada peringatan tsunami,\" kata Pelaksana Harian Kepala Bidang Tanggap Darurat BPBD Provinsi Bengkulu, Ambon. Ia mengatakan warga yang mendatangi lokasi STQ dan kampus STAIN tersebut sebagian besar menggunakan kendaraan roda empat milik pribadi. Anggota satuan tugas BPBD yang berada di lokasi berupaya menenangkan warga dan meminta kembali ke rumah setelah dua jam pascagempa susulan berkekuatan 8,1 SR yang terjadi pukul 17.43 WIB. \"Kami sudah mengimbau untuk kembali ke rumah masing-masing karena tidak ada kejadian tsunami,\" katanya.
Sementara pantauan di lokasi view tower di Kelurahan Malabero tidak ada aktivitas pemantauan tinggi gelombang. Menara pemantau tsunami yang baru diresmikan pekan lalu itu sama sekali tidak difungsikan untuk memantau tinggi gelombang seperti tujuan pembangunannya. Sekretaris BPBD Provinsi Bengkulu Damin mengatakan anggota Satgas sudah memantau kondisi air laut untuk melihat kemungkinan terjadinya tsunami. \"Anggota tim sudah memantau langsung ke pantai apakah air laut surut atau mengalami kenaikan, tapi sampai sekarang masih normal,\" katanya. Selain itu kata dia, warga sudah diimbau agar waspada dan tidak panik menghadapi kemungkinan tsunami dan dua sirene peringatan dini tsunami di dua lokasi sudah dibunyikan oleh BMKG. Provinsi Bengkulu dan beberapa daerah lainnya di pesisir Pantai Barat Sumatra seperti Lampung dan Sumatra Barat serta Sumatra Utara merupakan daerah yang berpotensi tsunami pascagempa berkekuatan 8,5 SR yang melanda Aceh pada pukul 15.43 WIB dan kekuatan 8,1 SR pada pukul 17.43 WIB. Ia mengatakan peringatan tsunami sudah dirilis oleh BMKG dan dua sirene peringatan dini tsunami yang ada di Kota Bengkulu sudah dibunyikan otomatis dari BMKG pusat. Sirene tersebut terdapat di kawasan wisata Pantai Panjang dan satu sirene lainnya terdapat di lingkungan Kantor Gubernur Bengkulu. \"Dua sirene peringatan tsunami sudah dibunyikan otomatis dari pusat karena BPBD Bengkulu belum juga mengaktifkan peringatan dini itu,\" kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kepahiang Dadang Permana di Bengkulu, kemarin. Warga yang bermukim di wilayah pesisir Kota Bengkulu dan enam kabupaten lainnya yakni Bengkulu Utara, Mukomuko, Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, Seluma dan Kaur diharapkan meninggalkan wilayah pesisir. \"Kami masih menunggu koordinasi dari pusat karena sampai saat ini status siaga tsunami belum dicabut dan belum ada laporan tsunami,\" katanya. Terkait kondisi masyarakat di Pulau Enggano, Dadang mengatakan hingga saat ini belum terpantau. Namun diperkirakan gelombang yang tiba di pulau terluar wilayah Bengkulu itu akan lebih kecil dari Bengkulu.
SPBU Antre
Sementara itu SPBU yang berada di jantung Kota Bengkulu terlihat dipadati kendaraan. Seperti di SPBU Padang Jati, SPBU 6,5 dan SPBU Pagar Dewa mengalami antrean panjang. Masyarakat mengisi penuh bahan bakar kendaraannya sebagai persiapan untuk mengungsi jika bencana masih terus berlangsung. \"Kami terpaksa isi minyak berguna menyelamatkan diri dan untuk berjaga-jaga,\" terang Kurniawan.
Kemasi Barang
Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Mukomuko. Kendati belum ada laporan kerusakan bangunan, warga di daerah ini mengalami kepanikan hebat. Mereka berhamburan keluar dari perkantoran dan rumah. Warga pun sudah berkemas-kemas dan memasukan barang berharganya ke dalam mobil. Bersiap-siap mengungsi jika gempa besar kembali terjadi. “Hingga sore ini (kemarin) kita belum menerima laporan adanya kerusakan,” ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko, Jasni Bahari SPd. Melihat warga yang begitu panik, Sekkab Mukomuko BM Hafrizal SH menyampaikan pengumuman terbuka. Warga diminta untu tetap waspada akan bencana-bencana yang tidak terduga. Namun jangan sampai panik berlebihan.\"Jika terjadi bencana supaya untuk berusaha menyelamatkan diri dengan cara pergi ke wilayah yang aman dan jangan panik,” harapnya.
Monitor Air Laut Keserahan serupa juga melanda warga di kawasan pesisir pantai Kabupaten Bengkulu Utara.Walaupun belum ada tindakan pengungsian, namun jajaran aparatur mulai dari kecamatan hingga desa siaga menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Seperti halnya di kecamatan Lais,Batik Nau, Ketahun dan Putri Hijau. Pihak kecamatan menginstruksikan untuk memonitor kondisi air laut terkait kemungkinan terjadi Tsunami di Bengkulu Utara.\" Kades yang berada di wilayah pesisir sudah diinstruksikan untuk waspada dan memonitor kondisi wilayahnya, \" kata Camat Lais, Emdan Joni SH. Monitoring wilayah pesisir termasuk keadaan air laut menjadi hal yang harus dilakukan. Pasalnya untuk wilayah Lais, Batik Nau,Ketahun dan Putri Hijau warganya yang bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai jumlahnya cukup banyak. Peningkatan kewaspadaan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah merupakan bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat. Terlebih di wilayah pesisir sudah ada jalur evakuasi Tsunami yang disiapkan jika terjadi musibah ini.\" Berulang kali pengecekan dilakukan untuk memantua kondisi air laut, jika ada tanda-tanda Tsunami warga akan dievakuasi,\"jelasnya. Setidaknya bencana alam yang dialami Aceh beberapa tahun lalu turut menambah kekhawatiran masyarakat terkait terjadinya tsunami.\" Terlepas ada tidaknya tsunami, yang terpenting kewaspadaan masyarakat harus dilakukan termasuk mempersiapkan lokasi evakuasi,\" kata Camat Putri Hijau, Sahat Situmorang.(900/100/333/212/400)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: