Menabung Rp 2000 sejak Belia, Kini Jadi Calon Haji Termuda
Calon Jamaah Haji (CJH) asal Kudis yang bernama Noor Falah ini masih berusia 18 tahun. Namun, ia telah bertekad sejak masih usia 8 tahun untuk bisa naik haji dengan tekun menabung Rp 2 ribu setiap hari. NOOR SYAFAATUL UDHMA, Kudus NOOR Falah memiliki tubuh normal. Tingginya sekitar 168 sentimeter dengan berat badan 53 kilogram. Kulitnya sawo matang dan matanya sipit. Usianya masih muda karena baru 18 tahun. Namun, semangatnya menunaikan ibadah haji tak kalah dengan orang tua pada umumnya. Beberapa waktu lalu Jawa Pos Radar Kudus bertandang ke rumahnya. Dia lebih banyak menunduk saat diajak berbicara. Ia juga sering memainkan tangannya pertanda grogi saat berhadapan dengan orang lain. Di depan teras rumah yang berukuran 4×6 meter, Noor bersama kedua orang tuanya duduk berdiskusi tentang persiapannya berangkat haji. Orang tuanya bahkan sempat berlinang air mata membayangkan anaknya akan berangkat sendiri tanpa didampingi keluarga. Mariah, ibunda Noor Falah menuturkan, putranya sudah merengek pengin naik haji saat masih kelas dua SD. “Pengin cium Hajar Aswad. Jadi saya daftarkan saja waktu itu,” ujar Mariah, Ibu dari Falah. Orang tua Falah memiliki pekerjaan sebagai guru di salah satu SMP di Kudus. Mariah mengajar di SMP 1 Kudus. Sedangkan ayahnya, Anies Fuad seorang guru di SMP 2 Gebog. Mereka berdua sudah naik haji beberapa tahun silam. Namun, kala itu Mariah dan Fuad tidak bisa mengajak Falah karena usianya belum mencukupi. Namun, bagi Fuad, niat merupakan kunci penting untuk berhaji. “Kalau sudah ngrentek atine, insya Allah di sana aman. Anak saya pasti bisa melewati ibadahnya dengan lancar,” terang Anies Fuad. Sedangkan Falah mengaku didaftarkan oleh orang tuanya untuk berhaji sejak masih usia 8 tahun. Mulanya ia tergerak karena saat mengikuti pelajaran agama Islam ada pembahasan masalah haji. “Entah kenapa hati saya tergugah untuk naik haji. Setelah sepuluh tahun, alhamdulillah terwujud,” katanya. Falah yang lahir di Kudus, 17 Oktober 1997 mengaku setiap hari menabung. Dia selalu menyisihkan uang sakunya untuk ditabung. Per hari Rp 2 ribu tanpa sehari pun terlupakan. Dia selalu istiqomah menabung dengan niat bisa segera menunaikan ibadah haji. “Sudah diniati sejak beberapa tahun yang lalu. Uangnya akan aku bawa ke Mekkah untuk beli oleh-oleh. Hingga sekarang belum dibuka, mudah-mudahan cukup,” terangnya. Tak hanya menabung, dia juga mengoleksi gambar Mekah di rumahnya. Harapannya ita akan segera berangkat haji. Mahasiswa semester pertama jurusan bimbingan konseling (BK) di Universitas Muria Kudus ini juga sudah sebulan lebih bermanasik di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Arwaniyah. Dia belajar tata cara berhaji dan adat istidat di negara Arab. Hal itu untuk memudahkannya beradaptasi dengan lingkungan. Tak hanya manasik, dia juga menjaga stamina tubuh dengan rajin berolahraga. Mulai dari lari, naik sepeda, push-up dan renang. Namun dia mengaku lebih sering olahraga renang. “Seminggu dua hingga tiga kali renang. Kalau lari paling seminggu sekali,” paparnya. Selain persiapan fisik, dia juga telah mempersiapkan segala keperluan di sana. Dia telah menyiapkan dua baju ihram, satu sarung, satu peci, tiga baju berwarna muptih, biru dan hitam. Tak lupa dia juga menyiapkan tiga celana dan obat-obatan. “Saya biasa radang jadi bawa obat radang dan flu. Semoga di sana tidak sakit,” terangnya. Dia berharap bisa menjalankan ibadah haji dengan maksimal. Selain itu dia berharap bisa berdoa di depan Kakbah, makan Nabi Muhammad, makam Nabi Ibrahim, Hijr Ismail, Padang Arafah, Mina dan Masjid Nabawi. “Harapannya saya segera menghajikan bapak ibu saya. Jadi kita bisa sama-sama naik haji,” harapnya. Alumni SMA 2 Kudus ini juga berharap bisa menjalankan semua rukun haji dnegan benar. “Saya sudah latihan manasik sebulan ditambah latihan di alun-alun. Harapannya bisa menjadi haji yang mabrur,” imbuhnya.(jpg/ara/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: