Serum Anti Tetanus Terbukti Palsu
BENGKULU, BE - Balai Pengawas Obat dan Makanan Bengkulu pada Juni lalu telah mengirim satu sampel serum anti tetanus bermerk Biosat 1.5 ke laboratorium BPOM RI untuk dilakukan pemeriksaan. Alhasil, temuan serum anti tetanus (ATS) dinyatakan palsu.
\"Setelah diklarifikasi ke BPOM pusat, benar kalau serum yang kita sampaikan itu palsu,\" ungkap Kepala BPOM Bengkulu, Drs Arnold Sianipar M pharm Apt kepada BE, kemarin.
Ia menjelaskan, hasil pemeriksaan itu baru diketahui secara lisan, dan nanti pihaknya akan meminta surat resmi tentang hasil uji pemeriksaan serum palsu tersebut.
Pihaknya pun sudah melakukan koordinasi tentang hasil temuan tersebut ke Gubernur Bengkulu sekaligus kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Amin Kurnia.
Dengan terbukti serum ATS tersebut palsu, BPOM pun sudah menindaklanjutinya dengan menghentikan pendistribusian serum tersebut ke kabupaten/kota.
\"Dipalsukannya ATS itu merupakan tindakan kriminal, tentunya banyak pihak yang terkait dengan pendistribusian serum yang diduga palsu, terutama yang mengerti cara penggunaan ampul ini,” ungkapnya.
Seperti diketahui, temuan serum palsu itu diawali dengan pengambilan sampel vaksin dibeberapa titik distribusi yang tersebar di wilayah Provinsi Bengkulu pada bulan puasa lalu. Tim pengawas mencurigai terhadap kemasan serum ATS dari luar label, kemudian menemui pengelola sarana distribusi dan melakukan konfirmasi serum itu, kemudian mengamankannya.
Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola saran distribusi, serum tersebut didapatkan dari Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Serum itu beredar di wilayah Kabupaten Seluma dan baru beberapa buah ampul yang sudah terjual.
Dituturkan Arnold, selain label kemasan sekunder (kotak luar) dan primer (kemasan label ampul) yang tidak sesuai dengan standar, harga penjualan serum tersebutpun jauh lebih murah dari harga pasaran dan harga label.
\"Harga menurut label serum tersebut perkotak yang berisi 10 ampul hanya Rp 158.125, namun pihak sarana distribusi tersebut mengambil serumnya dengan harga Rp 80 ribu dan dijual kembali dengan harga Rp 120 ribu,\" ujar Arnold.
Arnold menambahkan, dugaan sementara tentang efek mengkonsumi serum tersebut memang tidak fatal namun sifatnya tidak menyembuhkan. \"Kami belum bisa pastikan dampak pemakai serum ini, kemungkinan akibat yang ditimbulkan yaitu tidak ada perbaikan kondisi kesehatan dalam tubuh,” terangnya.
Tim pengawas sudah menyebar ke beberapa titik sarana distribusi vaksin di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Seluma dan Kota Bengkulu.
\"Sampel yang kita ambil di Kota Bengkulu sebanyak 13 sarana distribusi, dan sebanyak 36 terdapat di titik 3 Kabupaten Provinsi Bengkulu,\" ujarnya.
Ia mengimbau, agar warga Provinsi Bengkulu berhati-hati mengkonsumsi semua jenis produk obat yang beredar, baik itu obat modern maupun tradisional.
“Perhatikan kemasannya, kalau tidak sesuai dengan yang sudah pernah dibeli sebelumnya jangan dipakai. Namun, mengkonsumi obat atas resep dokter yang terpercaya merupakan cara yang paling aman menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” demikian Arnold. (247)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: