Kurang 6 Tahun Tugas, Tulis Surat “Berantakan dan kacau,” (Jejak Thomas Stamford Bringley Raffles

Kurang 6 Tahun Tugas, Tulis Surat “Berantakan dan kacau,”  (Jejak Thomas Stamford Bringley Raffles

Cover Story Jejak Thomas Stamford Bringley Raffles (Bagian 1) Baca Juga Rafflesia Arnoldi Bukan Peninggalannya Memperjuangkan Bengkulu selama lebih kurang 6 tahun merupakan tugas berat yang diemban oleh Gubernur Jenderal, Thomas Stamford Bringley Raffles. \"Berantakan dan kacau,\" begitulah penggalan surat yang ditulis oleh Raffles kepada Lord Minto ketika pertama kali menapakkan kakinya bersama isteri tercinta, Sophia Hull di Bengkulu tahun 1818. Di Bumi Rafflessia inilah ia kehilangan empat dari kelima anaknya karena terjangkit malaria yang sampai hari ini jejak makamnya menghilang entah kemana. Hanya, \"Istana Gubernur\" yang menjadi saksi bisu kisah hidup memilukannya. Thomas Stamford Bringley Raffles ini lahir 6 Juli 1781 berkewarganegaraan Inggris adalah seorang Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang terbesar. Ia juga dikatakan pendiri kota dan Negara kota Singapura. Ayahnya adalah seorang kapten bernama Benjamin Raffles dan Ibunya adalah Anne Lyde Linderman, namun akibat terhimpit krisis ekonomi dan terjerat kasus dalam perdagangan budak di kepulauan Karibia mengakibatkan ayahnya meninggal saat Raffles berusia 15 tahun. Saat itu juga ia mulai bekerja sebagai pegawai di London untuk perusahan Hindia Timur Britania yang banyak berperan dalam penaklukan Inggris di luar Negeri dan diangkat ke posisi agen perusahaan di Pulau Penang pada 1805. Di sini dia memulai studinya atas bahasa, adat istiadat, dan sejarah Melayu. Bermula menjadi palayan humaniter utama kemudian menciptakan lewat tulisannya, suatu legenda histori mengenai administrasinya di Jawa dan akhirnya dengan suatu kebijakan ekspansi yang berani sehingga membuat dia mencapai keberhasilan terbesarnya yaitu pendirian Singapura. Dia menulis begitu baik dalam bentuk yang sangat menarik, sehingga selama seabad setelah kematiannya orang menilai Raffles lebih berdasarkan kata-katanya dari pada perbuatannya. Dari sinilah ia dinilai lebih unggul dari pada para pendahulu-pendahulunya dalam administrasi kolonial. Dari gabungan ambisi membara dan kecerdasan brilian tersebut, membuat Raffles orang yang tepat untuk menjalankan rencana Lord Minto untuk Indonesia. \"Kala waktu itu untuk menyerang dan menghancurkan kekuatan Belanda di Indonesia\" cerita Kasi Pemasaran dan Informasi Wisata, Almidianto SE MSc. Keberhasilan Inggris dalam ekspansinya ini membawa nama Raffles menjadi semakin dikenal dan yang tidak kalah pentingnya adalah melejitnya karir Raffles yang semakin tinggi di usianya yang masih muda. Itu disebabkan karena pemerintah Inggris mempercayakan semua kendali di nusantara kepadanya. \"Sehingga ditunjuklah Raffles sebagai Gubernur Jenderal Bengkulu,\" ucap Almidianto sembari menunjukkan buku tentang Raffles yang berjudul Raffles And The Golden Opportunity Victoria Glendinning. \"Raffles menjejakkan kakinya di Fort Marlborough Bengkulu pada 19 Maret 1818\", ujar Almidianto mengawali cerita. Saat ini terdapat gambaran dirinya dengan pose tengah duduk mengenakan baju kebangsaan yang membuatnya semakin gagah dan sangat nyata. Lukisan tersebut saat ini tersimpan di Gedung Musium Provinsi Bengkulu. Alasan mengapa ia sampai ke Bumi Raflesia ini, karena ia diberi mandat oleh koloni Inggris menjadi Gubernur Jenderal guna memajukan daerah ini. \"Berantakan dan kacau,\" begitulah penggalan surat yang ditulis oleh Raffles kepada Lord. Lord Minto ketika pertama kali menapakkan kakinya bersama isteri tercinta, Sophia Hull di Bengkulu. Awalnya kota yang terisolasi dari pelayaran ramai itu hanya punya satu komoditi perdagangan yaitu rempah-rempah jenis lada. Jasanya yang masih terekam di benak warga Bengkulu yaitu menghapuskan sistem perbudakan dan membatasi permainan sabung ayam. Dalam masa kekuasaannya Raffles tinggal di rumah yang saat ini menjadi Istana Gubernur Provinsi Bengkulu. Bangunan ini terletak sekitar 300 M ke arah Utara Benteng Marlborough. Diantara kedua bangunan penting ini terdapat Tugu Thomas Parr yang merupakan salah satu monumen penting baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa Indonesia. Monumen ini dibuat oleh Inggris untuk mengenang pengalaman pahit bangsa Inggris karena di tempat itu dikuburnya Thomas Parr bersama seorang asistennya yang terbunuh dalam satu insiden dengan rakyat Bengkulu pada malam tanggal 27 Desember 1807. Pembunuhan terhadap Thomas Parr ini disebabkan oleh akumulasi rasa tidak puas rakyat Bengkulu terhadap kebijaksanaan yang ditempuh oleh penguasa Inggris. Kebijaksanaan Parr yang menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pribumi, antara lain pemberlakuan tanam paksa kopi dan pengubahan yang besar dalam peradilan pribumi tanpa persetujuan dan tanpa meminta nasihat dari para Kepala Adat Rakyat Bengkulu. Saat ini, tugu tersebut menjadi tempat tongrongan remaja pada waktu-waktu tertentu, bukan hanya itu tempat ini menjadi tempat latihan komunitas sepatu roda setiap Minggunya. Konon, cerita pada masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur, dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah Tugu thomas Parr, namun sampai saat ini belum ada pembuktian yang bisa menerangkan isu tersebut. Untuk diketahui, sebelum Raffles mendirikan kediamannya yang saat ini menjadi Istana Gubernur, di tengah Benteng Marlborough terdapat rumah Gubernur sebelumnya, mengingat ia tidak mungkin tinggal di rumah Gubernur yang lama karena membawa isteri tercinta, maka dari itulah Raffless sengaja membangun Rumah kediaman yang lebih mengesankan sebagai \"Istana\" ini sangat kental dengan corak arsitektur Eropa. Tiang-tiang besar yang berjajar di sisi depan bangunan mengesankan kekuatan dan kemegahan. Dinding-dinding yang tebal dengan bingkai jendela yang lebar merupakan ciri khas bangunan Bangsa Eropa pada masa itu. Setelah kemerdekaan dan terutama setelah ditetapkannya Keresidenan Bengkulu menjadi Provinsi sendiri yang terpisah dari Provinsi Sumatera Selatan, Bangunan Rumah Kediaman Thomas Stamford Raffles ini, setahap demi setahap dipugar. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai Rumah Kediaman Gubernur Bengkulu dimana sering pula digunakan sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas pemerintahan daerah. Saat ini, halaman rumah tersebut dipenuhi oleh puluhan kijang yang menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Bengkulu ketika hari libur tiba. Jelas saja tempat ini menjadi salah satu tempat favorit keluarga berkumpul, karena didekatnya dibangun pula menara pemantau tsunami (view tower) dengan aksen bangunan yang menarik dan halaman luas. Aneka pedagang terdapat di kawasan rumah Raffles ini, seperu bakso, sate, gorengan, mainan anak-anak dan masih banyak lagi yang menambah suasana menjadi ramai dan menyenangkan. (rizda afani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: