Jumlah Pengangguran Terbesar Bukan Tamatan SD tapi…

Jumlah Pengangguran Terbesar Bukan Tamatan SD tapi…

\"CREATOR: JAKARTA – Membaiknya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun ini berimbas pada penciptaan lapangan kerja dan penurunan jumlah pengangguran. Berdasar survei Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja pada Februari lalu mencapai 127,7 juta jiwa. Perinciannya, 120,7 juta penduduk bekerja dan 7 juta pengangguran. Dari jumlah pengangguran 7 juta jiwa, tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,5 persen. ’’Artinya, di antara 100 orang, ada lima atau enam yang menganggur,’’ kata Kepala BPS Suryamin di kantornya kemarin (4/5). Jika dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, tingkat pengangguran terbuka itu sedikit lebih baik. Terjadi penurunan 0,31 poin. Penyerapan tenaga kerja terjadi di sektor pertanian, manufaktur, industri, perdagangan, dan jasa kemasyarakatan. ’’Perbaikan kondisi ekonomi pada kuartal pertama sangat membantu. Begitu ada PHK di sektor manufaktur, sektor lain masih mampu menyerap tenaga kerja,’’ ujarnya. Bila dilihat dari tingkat pendidikan, kata Suryamin, tingkat pengangguran terbuka untuk pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) menempati posisi tertinggi, yakni 9,84 persen. Disusul diploma sebanyak 7,22 persen. Pengangguran terbuka paling rendah ada di pendidikan SD ke bawah, yaitu 3,44 persen. ’’Sebab, mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa pun. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih pekerjaan yang lebih sesuai,’’ jelas Suryamin. Kasubdit Statistik Ketenagakerjaan BPS Wachyu Winarsih mengungkapkan, tingkat pengangguran yang tinggi dari latar belakang pendidikan SMK disebabkan ketidaksiapan lulusan mengimplementasikan ilmunya di dunia kerja. Mereka juga belum siap membuka lapangan kerja sendiri. ’’Karena belum berani jadi wirausaha, mereka memilih jadi buruh atau karyawan dulu. Padahal, lapangan kerja yang menyerap mereka terbatas,’’ terangnya. Tingkat pengangguran di jenjang diploma atau sarjana juga mengalami kenaikan lantaran lulusannya cenderung memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bidang studi yang ditekuni. Mereka juga cenderung mempertimbangkan gaji yang akan diterima. ’’Kalau pekerjaannya tidak sesuai dengan bidang pendidikan atau gajinya kurang cocok, mereka menunggu dulu untuk mencari pekerjaan di tempat lain,’’ ungkap Wachyu.(ken/c14/noe/sam/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: