Nelayan Keluhkan Pukat Harimau
MUKOMUKO, BE – Nelayan di wilayah Kabupaten Mukomuko, khususnya di perairan Ipuh dan sekitarnya mengeluhkan masih ada oknum nelayan yang menggunakan pukat harimau. Hal itu sangat mempengaruhi hasil tangkapan nelayan tradisional dan mengancam kerusakan ekosistem terumbu karang dan lainnya di laut. “Pengguna pukat harimau masih ada di perairan ini, tetapi kami kesulitan memantau secara maksimal, karena aktivitas pengguna alat tangkap yang dilarang itu terjadi tengah malam,” ungkap Nelayan Ipuh, Ramli dikonfirmasi Bengkulu Ekspress, kemarin. Untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan, nelayan mengharapkan pihak – pihak terkait melakukan penertiban dan rutin patroli di perairan tersebut, khususnya pada malam hari. “Kami harapkan pihak – pihak terkait melakukan penertiban. Ini jikalau benar – benar ingin menertibkan pengguna pukat harimau,” ujarnya. Sementara itu, untuk hasil tangkapan nelayan, jelas Ramli, sejak beberapa minggu terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebelumnya satu perahu rata – rata mendapatkan hasil 50 hingga 100 kg lebih dan saat ini hanya 25 – 40 kg/perahu. Meskipun hasil tangkapan menurun untuk penjualan tidak berpengaruh kepada nelayan. Contohnya, harga ikan Aso-aso dibeli pedagang pengumpul tetap dengan harga Rp 13 - 14 ribu/kg dan ikan beledang mulai dari Rp12 - 30 ribu/kg. “Untuk di tingkat nelayan tidak ada pengaruh dengan harga. Harga yang dijual pedagang pengumpul ataupun pengecer ke konsumen yang bervariasi untuk mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Seperti, membeli ikan dari nelayan Rp 14 ribu/kg dan dijual pedagang ke konsumen mencapai Rp 25 – 30 ribu/kg serta lainnya,” demikian Ramli. (900)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: