Ditemukan Pasir Hisap Di Gunung Panderman

Ditemukan Pasir Hisap Di Gunung Panderman

BATU - Gunung Panderman diyakini memiliki pasir hisap yang berada di Parang Putih yakni sebuah tebing di utara gunung. Hal itu diungkapkan oleh warga dusun Tuyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu kepada Malang Post (Grup JPNN). Sampai saat ini tak satupun warga Tuyomerto yang berani datang ke areal Parang Putih.
R. Soedardji Juru kunci Gunung Panderman mengatakan bahwa pasir hisap itu pernah didatangi orang Kalimantan. Akhir tahun 2012 lalu, dia diminta menjadi penunjuk arah ke lokasi yang tak pernah didatangi warga Tuyomerto tersebut. Pasir hisap di areal itu menurut Darji sapaan akrabnya hanya memiliki luas 50 meter persegi. “Ya seperti pasir gunung itu, hanya seluas setengah meter letakknya dibawah Parang Putih,” ujar Darji. Secara turun temurun, warga Tuyomerto dilarang untuk datang ke tempat itu agar tidak terperosok. Namun selama ini, areal pasir hisap itu lebih familiar dengan sebutan tanah gatal. Berdasarkan cerita turun temurun warga Tuyomerto yang sakit gatal akan dibuang disana selamanya.“Daun ataupun batang pohon yang ada diatas areal itu akan hilang seperti terhisap,” akunya. Dia menambahkan bahwa sesuai keterangan orang Kalimantan baru diketahui bahwa itu adalah pasir hisap. Sebab, kata Darji pasir seperti itu juga ada di dataran Kalimantan yakni di kawasan pedalaman. Kedatangan orang Kalimantan ke areal tersebut untuk mengambil sample pasir untuk dibawa pulang. “Mereka tahu dari gurunya, entah itu guru spiritual atau apa, dan kemudian mengambil satu pasir sebanyak satu botol air mineral besar,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Dusun Tuyomerto Yatemo membenarkan mengenai legenda pasir hisap tersebut. Dia mendapat cerita seperti itu dari kakeknya agar tidak pernah bermain ke areal lereng utara Panderman. Sampai saat itu, cerita lawas itu tetap menjadi pegangan warga Tuyomerto dalam beraktifitas di gunung. “Yang pernah kesana cuma pak Darji, saya sendiri belum pernah dan tidak berani,” kata Yatemo. Medan menuju Parang Putih tergolong sulit karena melewati tebing yang curam. Dia berkeyakinan, cerita itu juga ditularkan oleh para sesepuh agar anak-anak mereka tidak terjebak ke tebing curam. Ada juga cerita yang menyebutkan bahwa kawasan itu juga menimbulkan gatal-gatal di kulit.“Intinya tidak ada orang sini (Tuyomerto) yang berani ke sana,” tandasnya. (ary/avi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: