Pramono Jadi Doktor Setelah Teliti Rekan Sendiri

Pramono Jadi Doktor Setelah Teliti Rekan Sendiri

WAKIL Ketua DPR RI Pramono Anung Wibowo menyandang gelar akademik baru. Mantan Sekjen PDI Perjuangan itu meraih gelar doktor ilmu politik dari Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat.
Pramono dikukuhkan sebagai doktor setelah memertahankan disertasi berjudul Komunikasi Politik dan Pemaknaan Anggota Legislatif Terhadap Konstituen, dalam Sidang Promosi Doktor yang digelar di Aula Unpad, Jumat (11/1) siang, dengan predikat cum laude. Dalam disertasinya Pram -sapaan Pramono- menguraikan hasil penelitiannya tentang rekan-rekannya di DPR RI. Menurutnya, motif ekonomi masih mendominasi seseorang untuk menjadi anggota legislatif. \"Penelitian ini menemukan terdapatnya motivasi berlapis dari anggota legislatif, yaitu motif utama pada kekuasaan politik dan kepentingan ekonomi, serta beberapa motif turunan,\" kata Pramono saat memertahankan disertasinya. Sedangkan motif turunan anggota legislatif antara lain ideologis, memerjuangkan sistem demokratis, aktualisasi sikap-sikap politik, atau memerjuangkan aspirasi kaum marjinal. Karenanya Pramono dalam kesimpulan disertasinya menyebut kuatnya motivasi kekuasaan dan ekonomi para anggota legislatif itu  juga berimbas pada kebijakan yang dikeluarkan DPR. \"Kuatnya motivasi kekuasaan dan ekonomi mengindikasikan pemahaman akan potensi lembaga legistlatif sebagai institusi sentral yang melahirkan sejumlah kebijakan yang dapat diarahkan secara politik dan ekonomi untuk menguntungkan pribadi, kelompok atau golongonnya,\" beber Pram. Pramon merumuskan disertasinya setelah meneliti 21 rekannya di DPR yang disebut sebagai informan. Bertindak sebagai tim promotor bagi Pramono adalah Prof Dede Mulyana (Ketua) dengan dua anggota yakni Prof Engkus Kuswarno dan Prof Soleh Soemirat. Meski sidang doktoral, namun suasana yang muncul justru terkesan santai dan sesekali diselingi gurauan. Sebab, beberapa kali contoh kasus yang disodorkan Pramono memang mengundang tawa. Misalnya saat Pramono menyatakan bahwa seseorang tokoh bisa lebih besar dan dikenal daripada partainya. Pram mencontohkan Surya Paloh dan Partai Nasional Demokrat (NasDem). \"Publik lebih mengenal Surya Paloh daripada Rio Partrice Capella sebagai Ketua Umum NasDem,\" ucap Pramono yang disambut tawa karena sidang doktoral itu juga dihadiri Surya Paloh. Contoh lain adalah Wiranto, yang dikenal sebagai Ketua Umum sekaligus simbol bagi Partai Hanura. \"Tapi saya tak mau menyebut model partai lainnya,\" kata Pramono. Ucapan itu disambut tawa karena di PDIP -tempat Pramono berkiprah sebagai politisi-  juga ada Megawati Soekarnoputri yang ketokohannya dianggap sudah melebihi PDIP sendiri sekaligus menjadi simbol partai. Contah kasus lain yang mengundang tawa ketika Pramono mencontohkan sosok Ferry Mursydan Baldan, bekas politisi Golkar yang kini menjadi pengurus teras Partai NasDem. Menurut Pram, Ferry dikenal sebagai politisi yang rajin bekerja baik sebagai pengurus partai Golkar maupun wakil rakyat saat menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009. Namun ternyata hal itu tak cukup bagi Ferry untuk bisa terpilih lagi sebagai anggota DPR pada Pemilu 2009 silam. \"Calon yang sudah bekerja dari awal di DPR maupun di partai, bahkan jadi pimpinan Pansus RUU Pemilu seperti Ferry Mursydan Baldan, tidak terpilih dalam Pemilu. Malah kalah dari orang kemarin yang bukan siapa-siapa tapi punya uang,\" bebernya. Lagi-lagi pernyataan Pramono itu mengundang tawa termasuk Ferry yang juga duduk di deretan tamu undangan. Sejumlah tokoh hadir dalam sidang doktoral itu. Dari deretan politisi hadir Megawati, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Marzuki Alie dan puluhan anggota DPR RI. Hadir pula Ketua BPK Hadir Purnomo, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, serta kolega-kolega Pramono.(ara/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: