Tapi, Rossi Bukan Rider Seperti itu

Tapi, Rossi Bukan Rider Seperti itu

VALENTINO Rossi menghadapi masalah lagi. Tapi sesungguhnya, konflik dipicu oleh kejengkelannya kepada aksi rider Repsol Honda Marc Marquez yang dianggapnya merecoki perebutan gelar juara dunia MotoGP 2015. Antara dirinya dan rekan setimnya, Jorge Lorenzo. Bukan sekali ini Rossi berkonflik dengan Honda. Setelah masa emasnya empat musim bersama pabrikan Jepang tersebut, 2000-2003, The Doctor mengenyakkan penggila grand prix dengan keputusannya pindah ke Yamaha pada akhir musim saat itu. Padahal, kerja sama keduanya disebut-sebut tersukses dalam sejarah grand prix: empat musim tiga gelar juara dunia. Rossi menyatakan menolak perpanjangan dengan Honda bukan karena uang, tapi tentang situasi di internal tim yang makin tidak mendukungnya. Alasan teknis disebutkan bahwa Honda berencana memasok mesin RCV kepada enam pembalap lain pada musim 2004. Keputusan itu mengecewakan Rossi karena Honda dianggap tidak memperhitungkan lagi posisinya sebagai pembalap \'\'nomor satu\'\'. Pembalap terbaik di atas motor 500cc tersebut. Alasan diplomatisnya, Rossi butuh tantangan baru. Isu yang berembus saat itu, Honda yakin kesuksesan Rossi berkat RCV. Sedangkan rider Italia tersebut percaya bahwa skill-nya yang membuat Honda meraih gelar juara dunia tiga kali beruntun. Karena itu, dia tertantang untuk menjajal motor Yamaha, rival dekat Honda yang saat itu kesulitan menghadapi RCV. Pada 2002, YZR-M1 hanya menang tiga kali di tangan Max Biaggi. Musim 2003 hanya naik podium sekali bersama Alex Barros. Yamaha juga belum sekali pun mengemas juara dunia sejak Wayne Rainey pada 1992. Namun, ada alasan nonteknis lainnya yang mendorong Rossi hengkang. Figur Rossi yang menjadi \'\'terlalu besar\'\' bagi Honda. Honda sempat melarang rider kelahiran Urbino itu menggelar \'\'pesta\'\' setelah balapan. embuat acara sendiri dengan para fans yang jumlahnya berjibun. Honda hanya ingin Rossi memenangi balapan dan setelah itu bertindak seperti tidak terjadi apa-apa. Bisa jadi tipikalnya mirip Dani Pedrosa. Tapi, Rossi bukan rider seperti itu. Dia punya penggemar, bisnis, dan kru sendiri yang siap mendukung keputusannya. Dan Yamaha masuk dengan tawaran EUR 1 juta dengan jaminan seluruh krunya ikut serta. Yamaha disebut-sebut memberikan keleluasaan bagi Rossi. Hal itulah yang membuatnya menentukan pilihan. Simpelnya, Yamaha saat itu mengatakan: \'\'Berikan kami kemenangan dan kau boleh melakukan apa saja\'\'. (cak/c19/ang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: