Money Politik Diprediksi Meningkat

Money Politik Diprediksi Meningkat

BENGKULU, BE - Pertarungan dua pasang calon Gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti-Rohidin dan Sultan B Namajudin-Mujiono untuk mendulang kemenangan pada Pilgub 9 Desember mendatang diprediksi bakal berjalan alot. Masing-masing pasangan calon akan menjalan strateginya masing-masing, sedangkan masyarakat yang memilih tanpa meminta imbalan hanya kalangan menengah keatas. Kondisi tersebut memancing kandidat untuk melakukan money politik atau jual-beli suara.

Menurut Pengamat Politik Universitas Bengkulu, Drs Azhar Marwan MSi, untuk kondisi saat ini sentral magnet suara sangat tergantung dengan data pikat masing-masing kandidat secara individu. Kolaborasi kekuatan pasangan baru akan terjadi setelah keduanya melakukan orasi bersama publik.

\"Artinya masyarakat baru menentukan pilihannya karena daya tarik cagub dan cawagub atau salah satu diantara keduanya. Sejauhmana pasangan tersebut bisa mengawinkan dukungan serta kekompakan tim. Sebab, seringkali antar pendukung terpisah dan berjalan sendiri-sendiri. Jika itu yang terjadi, maka masyarakat tidak akan memberikan dukungan karena muncul asumsi bahwa pasangan tersebut tidak akan kompak atau akur setelah terpilih nanti, maka terjadinya masyarakat yang tidak tertarik untuk memilih,\" ungkap Azhar.

Masyarakat yang tidak tertarik untuk memilih inipun diprediksi bakal melonjak drastis, bahkan jumlahnya diperkirakan akan jauh diatas masyarakat yang bersedia memilih.

\"Masyarakat yang tidak mau memilih atau tidak ada pilihan inilah yang rawan untuk dilakukan money politik. Jika kedua pasangan kandidat tidak mengambil kesempatan ini, maka golongan putih (golput) yang menjadi pemenangnya,\" terang mantan Wakil Rektor Universitas Bengkulu ini.

Diakuinya, praktik money politik ini tidak bisa dipungkiri, karena dalam aturan KPU memang membolehkannnya, meski nominalnya tidak boleh lebih dari Rp 50 ribu. Hanya celah ini bisa dimanfaatkan kandidat dengan melakukan money politik berulang kali, sehingga jumlahnya pun jauh diatas yang dibolehkan.

\"Selama ini KPU tidak pernah memberikan celah atau peluang untuk melakukan money politik, buktinya money politik tetap meraja lela setiap kali pelaksanaan Pilkada atau pileg, apalagi sekarang memang money politik itu dibolehkan, bisa saja nanti akan menjadi masalah besar,\" ujarnya.

Money politik, lanjut Azhar, memang masih ditunggu-tunggu oleh masyarakat, khususnya kalangan menengah dibawah. Karena masyarakat sudah muak dengan janji-janji manis yang disampaikan kandidat saat mencalonkan diri, dan janji itu tidak pernah direalisasikan meskipun sudah berulang kali dituntut oleh masyarakat. Karena itu ia berharap kedua pasangan kandidat tersebut untuk tidak memberikan janji yang bombastis, tapi janji realistis yang bakal bisa direalisasikan setelah duduk menjadi gubernur dan wakil gubernur Bengkulu periode 5 tahun kedepan.

\"Semakin banyak berjanji, maka akan membuat masyarakat semakin tidak percaya kepada calon tersebut. Maka, siapa kandidat yang tidak banyak menebar janji, itulah kandidat yang bakal dipilih masyarakat, terlebih kandidat tersebut memiliki kepiawaian untuk mendekatkan diri kepada masyarakat melalui cara yang baik,\" bebernya. Disinggung mengenai kekuatan kedua pasangan calon untuk saat ini, Azhar mengaku masih berimbang. Hanya saja antara pasangan duo RM dan SBN-Mujiono memiliki kelebihan masing-masing, yakni RM memiliki kelebihan karena sudah membentuk tim yang solid sejak 2 tahun lalu dari kota hingga ke desa-desa, ditambah lagi kekuatan partai politik yang notabenenya juga memiliki jaringan pengurus sampai ke desa. Sedangkan kekuatan Sultan sendiri terdapat pada dukungan yang diberikan para tokoh terbaik Bengkulu yang batal maju Pilgub, seperti Ichwan Yunus, Imron Rosyadi, Bando Amin dan Suherman.

\"Informasi yang saya bahwa para bakal calon yang gagak itu sudah merapatkan barisan ke Sultan-Mujiono, itu akan menjadi kekuatan besar bagi Sultan. Sebab, masing-masing tokoh tersebut sudah memiliki tim sampai ke akar rumput yang paling bawah. Sebelum bergerak saja Sultan sudah diuntungkan dengan kondisi tersebut,\" paparnya.

Namun demikian, yang akan menentukan menang atau kalahnya kedua kandidat tersebut adalah proses pendekatan yang mereka lakukan menjelang Pilgub ini. Karena masyarakat akan menerima money politik, namun untuk memilih mereka tetap menggunakan hati nurani berdasarkan kedekatan emosional dan kekeluargaan. \"Untuk mengansipasi pelanggaran money politik, maka pengawasan yang menjadi tugas Bawaslu dan jajarannya harus diperketat,\" pungkasnya.(400)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: