1 Jamaah Meninggal, 2 Sakit
SEMIDANG, GUMAY,BE - Satu jamaah pengajian ilmu tasawuf Tarekad Nasyabandiyah yang mengikuti kegiatan suluk atau zikir di gedung pelatihan rohani desa Padang Panjang Kecamatan Semidang Gumay meninggal dunia di hari ke lima pelaksanaan suluk, Kamis (25/6). “Ya, satu jam’ah kita ada yang meninggal dunia karena sakit. Jenazah korban sudah kita pulangkan ke pihak keluarga,” kata Sekretaris pengajian ilmu tasawuf jama’ah Tarekad Nasyabandiyah Kaur Sulaiman Efendi, S Sos kemarin. Seorang jamaah suluk yang meninggal itu diketahui bernama Zakwan (46), warga asal Lampung Kecamatan Way Jambu kota Krui Kabupaten Pesisir Barat, Zakwan ditemukan meninggal sekitar pukul 10.00 WIB, di kelambu berukuran 1x1 meter. Dari hasil pemeriksaan medis, penyebab meninggal dunia jama’ah suluk tersebut dikarenakan penyakit rematik. Juga berdasarkan hasil visum RSUD Kaur korban memang meninggal karena sakit yang telah lama diderita korban. “Jamaah ini sebelum mengikuti kegiatan suluk ini memang sudah mengalami penyakit rematik. Tapi itu penyakit kambuh-kambuhan,” ujarnya. Dari data yang berhasil dihimpun BE, sebelum meninggal dunia jamaah ini sempat mengikuti zikir seperti biasanya. Juga tim medis dari Puskesmas Mentiring Kecamatan Semidang Gumay rutin melakukan pengecekan kondisi kesehatan para jamaah. Saat sebelum meninggal sekitar pukul 09.00 WIB tim medis sempat mengecek kesehatan Zakwan, dan kondisinya mulai menurun. Namun setelah dilakukan pengecekan untuk kedua kali dan hendak dibawa ke RSUD Kaur sekitar pukul 10.00 WIB, ia sudah tertidur dan meninggal dunia. Selanjutnya, kemarin Zakwan langsung dibawa ke daerah asalnya untuk dimakamkan. “Kita turut berduka cita sedalam-dalamnya, semoga beliu diampuni dosanya oleh Allah, kita bersama jama’ah akan mendoakan beliau,” ujarnya. Selain satu jama’ah meninggal dunia, dua jamaah suami istri bernama Baksir (56) dan Munawati (54), warga asal Kota Bengkulu mengalami gangguan kesehatan, yakni penyakit demam. Keduanya telah dulu dipulangkan ke kota Bengkulu. Karena kondisi sakit yang membuatnya tidak diizinkan untuk melanjutkan kegiatan suluk. “Dua jamaah kita yang sakit sudah kita pulangkan, karena kita di sini tidak memaksa. Kegiatan ini harus dilakukan dengan ikhlas. Jika ada jamaah kita ingin pulang silahkan,” ujarnya. Ditambahkannya, pihaknya sudah menjalankan prosedur kegiatan suluk, melalui pemeriksaan awal kesehatan jamaah sebelum mengikuti kegiatan suluk. Bahkan pihaknya telah melibatkan pihak puskesmas untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin kepada jamaah. “Setiap hari selalu ada petugas medis yang kita siapkan untuk memeriksa kesehatan jamaah. Alhamdullah untuk 76 jamaah yang saat ini mengikuti kegiatan suluk ini kondisinya sehat semua,” ujarnya. Sementara itu, Camat Semidang Gumay Alfian SH MM bersama Kapolsek Kapolsek Kaur Tengah AKP Tasrin, SH, langsung melakukan peninjauan pelaksanaan jamaah suluk. Mulai dari melihat kegiatan pelayanan kesehatan, hingga kelambu zikir jama’ah suluk. “Satu jamaah itu meninggal karena sakit. Dari hasil pantuan kita kondisi jamaah yang ikut sekarang ini sehat semua. Juga apabilah dari pihak pengajian suluk ini ingin meminta tambah tenaga kesehatan, akan kita tambah,” kata Camat kemarin. Kapolres AKBP Bambang Purwanto, SIK melalui Kapolsek Kapolsek Kaur Tengah AKP Tasrin, SH, mengatakan, dari dari hasil keterangan jama’ah korban Zakwan meninggal dunia diduga karena mengalami sakit rematik. “Kita sudah ke lokasi, dan ada satu jamaah yang meninggal dunia. Peserta suluk yang meninggal ini karena sakit rematik,” jelas Kapolsek. Awasi Aktivitas Kegiatan ibadah suluk atau tarekat yang dilakukan oleh sekelompok umat islam dengan tujuan agar lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta hingga saat ini masih terus dilakukan. Kendati demikian, mencegah terjadinya penyimpangan serta hal-hal yang dapat menodai agama islam, Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bengkulu mengaku akan terus melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan para peserta suluk. Ini disampaikan langsung Ketua MUI, Provinsi Bengkulu Prof Dr H Rohimin MAg, ketika ditemui BE, kemarin (25/6). \"Suluk atau tarikat dalam agama islam itu sah-sah saja, selama itu tak membuat syirik (menyekutukan Allah) dan mempersulit para pesertanya. Kegiatan ini memang dikembangkan dalam agama islam. Jangan sampai gara-gara mengikuti kegiatan ini, para pesertanya menjadi tak sehat dan membahayakan dirinya. Itu yang tidak benar,\" terang Rohimin. Pria yang juga menjabat selaku Direktur Program Pasca Sarjana di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu ini menjelaskan, salah satu tujuan ibadah suluk ini adalah untuk meningkatkan kemampuan spiritual para peserta sehingga lebih meningkatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Sebab itu, pihaknya melalui MUI Kabupaten akan terus melakukan pengawasan dan pendampingan dalam pelaksanaan prakti suluk yang dilakukan oleh beberapa kelompok yang tersebar di Provinsi Bengkulu ini. \"MUI secara personal lebih kepada pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok suluk ini syirik atau tidak. Sekalipun mendapatkan informasi dari masyarakat akan adanya penyimpangan, kita harus terlebih dahulu melakukan konfirmasi kepada kelompok tersebut secara langsung untuk membuktikan kebenarannya,\" tambah Rohimin. Lebih lanjut disampaikannya, dalam melakukan pengawasan ini, MUI tidaklah berdiri sendiri. MUI bersama Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) akan terus melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan praktik keagamaan. \"Kita bersama PAKEM selalu melakukan pengawasan dan melihat secara langsung praktik suluk yang dilakukan itu seperti apa. Dimulai dari tempat yang digunakan hingga makanan yang diberikan,\" demikian Rohimin.(135/618)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: